"Penyandang autis merupakan orang yang paling tepat waktu. Mereka akan protes kalau belajar belum dimulai, padahal jadwalnya sudah masuk. Begitu pula saat istirahat tiba atau jam belajar berakhir, mereka akan mengingatkan, persis pada waktunya," ungkap Budi.Â
"Ya, kita bekerja dengan sukarela. Kita membantu merekalah," kata Ismail Sofyan Sani, sutradara yang pernah berjaya di TVRI.
Salah seorang peserta workshop, David Wiyono, asalah seorang tuna daksa. Ia hanya memiliki sebelah kaki, karena kaki kanannya diamputasi akibat jatuh dari kereta ketika duduk di Sekolah Dasar (SD). David tinggal di Bekasi. Ia naik sepeda motor yang sudah dimodifikasi ke PPHUI di kawasan Kuningan.
David mengaku menyukai fotografi, walau cuma memotret dengan telepon genggam. Dalam workshop ini dia mengambil jurusan kamera. Dia merasa mendapat banyak sekali ilmu tentang fotografi dari workshop ini.
"Sekarang saya tahu artinya diafragma, penggunaan lensa dan filter. Saya akan pakai ilmu ini kalau nanti membuat videoklip lagu-lagu saya," kata David (32 tahun), yang selama ini menjadi  pengamen di sebuah tempat kuliner di Bekasi.
Selepas mengikuti workshop David bertekad akan menekuni fotografi, walau pun ia belum tahu bagaimana memiliki peralatannya.
Gadis kelahiran 26 September 1989 ini adalah Lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanagara Jakarta. Sebagai penyandang tunarunggu, Vina, begitu panggilannya, sebelumnya menempuh pendidikan di SLB-B Karya Mulia dan SLB-B Pangudi Luhur.
Vina sudah bekerja di sebuah perusahaan disain. Tugasnya mendisain album foto dan fotografi. Namun ia ingin terus memperdalam kemampuan fotografinya. Vina tertarik menggeluti fotografi film, dan bekerja dalam sebuah tim.
"Saya ingin menambah ilmu, supaya kemampuan saya berkembang," kata Vina dengan artikulasi yang kurang sempurna. Meskipun tidak mendengar, Vina dapat membaca gerak bibir lawan bicaranya, sehingga komunikasi bisa lancar.