Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka Ingin Maju, Mereka Juga Punya Cita-cita

13 September 2018   22:36 Diperbarui: 14 September 2018   00:18 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Penyandang autis merupakan orang yang paling tepat waktu. Mereka akan protes kalau belajar belum dimulai, padahal jadwalnya sudah masuk. Begitu pula saat istirahat tiba atau jam belajar berakhir, mereka akan mengingatkan, persis pada waktunya," ungkap Budi. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Penyelenggaraan wokshop ini masih menggunakan dana organisasi yang dipimpinnya, karena belum ada bantuan dari manapun. Seluruh mentor yang mengajar, bekerja dengan sukarela. Para pengajar terdiri dari Bernhard Uluan Sirait  (kamera), Ismail Sofyan Sani ( penyutradaraan), Guntoro Sulung (akting), Budi Sumarno (penulisan skenario), Diah Paramitha (manejemen produksi) dan Tengku Rusian (artistik).

"Ya, kita bekerja dengan sukarela. Kita membantu merekalah," kata Ismail Sofyan Sani, sutradara yang pernah berjaya di TVRI.

Salah seorang peserta workshop, David Wiyono, asalah seorang tuna daksa. Ia hanya memiliki sebelah kaki, karena kaki kanannya diamputasi akibat jatuh dari kereta ketika duduk di Sekolah Dasar (SD). David tinggal di Bekasi. Ia naik sepeda motor yang sudah dimodifikasi ke PPHUI di kawasan Kuningan.

David mengaku menyukai fotografi, walau cuma memotret dengan telepon genggam. Dalam workshop ini dia mengambil jurusan kamera. Dia merasa mendapat banyak sekali ilmu tentang fotografi dari workshop ini.

"Sekarang saya tahu artinya diafragma, penggunaan lensa dan filter. Saya akan pakai ilmu ini kalau nanti membuat videoklip lagu-lagu saya," kata David (32 tahun), yang selama ini menjadi  pengamen di sebuah tempat kuliner di Bekasi.

Selepas mengikuti workshop David bertekad akan menekuni fotografi, walau pun ia belum tahu bagaimana memiliki peralatannya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Vincentia, gadis penyandang tunarunggu yang tinggal di Meruya, Kebun Jeruk,  Jakarta Barat,  mengikuti workshop untuk mendalami kemampuannya dalam videografi dan make-up.

Gadis kelahiran 26 September 1989 ini adalah Lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanagara Jakarta. Sebagai penyandang tunarunggu, Vina, begitu panggilannya, sebelumnya menempuh pendidikan di SLB-B Karya Mulia dan SLB-B Pangudi Luhur.

Vina sudah bekerja di sebuah perusahaan disain. Tugasnya mendisain album foto dan fotografi. Namun ia ingin terus memperdalam kemampuan fotografinya. Vina tertarik menggeluti fotografi film, dan bekerja dalam sebuah tim.

"Saya ingin menambah ilmu, supaya kemampuan saya berkembang," kata Vina dengan artikulasi yang kurang sempurna. Meskipun tidak mendengar, Vina dapat membaca gerak bibir lawan bicaranya, sehingga komunikasi bisa lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun