Mesin lalu akan membaca berapa jumlah deposit yang kita miliki. Lalu dalam setiap game kita bisa mempertaruhan uang tergantung kemauan kita. Saya hanya menonton. Teman itulah yang main. Ternyata di tangannya, deposit cuma-cuma yang diberikan kasino bertambah jadi 100 RM.
Oh ya, tidak seperti kasino di Macau yang luas dan terang, di Genting lampunya agak temaram. Bahkan di kasino lama yang kami masuki dihari kedua, susananya agak mistis, seperti memasuki ruangan yang dimasuki Bruce Lee dalam film "Enter The Dragon".
Hari kedua, dengan bimbingan teman tersebut di atas, saya sudah bisa main sendiri. Saya memilih judi mesin. Sebenarnya tidak ada yang menarik dengan judi mesin ini. Kita menyerahkan nasib sepenuhnya pada perputaran gambar-gambar di mesin. Karena kita cuma memasukan nilai uang yang dipertaruhkan, memencet tombol, lalu muncul gambar-gambar di layar.Â
Jika gambar tersusun dalam konfigurasi tertentu, katakanlah ada gambar nanas yang berdempetan, atau muncul beberapa, kita akan mendapatkan kemanangan dengan nilai tertentu. Tetapi bila gambarnya acak-acakan, alamat "bablas artose!".
Yang terjadi gambar yang muncul kebanyakan acak-acakan. Alhasil uang 100 Ringgit Malaysia hasil kemenangan hari pertama, ludes dalam tempo singkat. Karena penasaran, isi dompet sebesar 100 ringgit lagi ke luar. Itu pun bablas! Akhirnya dengan kesadaran penuh saya mundur dari hadapan mesin. Sekali lagi, karena duit pas-pasan. Sementara teman saya yang aktor lawas itu terlihat berkali-kali mengeluarkan uang dari dompetnya! Besoknya dia mengaku malam itu kalah limaratus ringgit atau setara dengan Rp.1,5 juta!
"Di Genting ini jahat! Sejak dipegang oleh anaknya Lim Goh Tong, orang sulit menang di sini," kata teman saya. Lim Goh Tong adalah pendiri kasino Genting.
Malam itu usai makan bubur kami kembali ke kamar. Meski pun tanpa AC, kamar di The First World sangat dingin. Kami tidur agak larut, sehingga baru bangun pukul 10.00 esok paginya. Pemandangan di luar kamar hotel masih berkabut. Jendela di kamar hotel tidak bisa dibuka penuh karena ada pengait yang paten.
"Dulu jendelanya bisa dibuka. Tapi banyak yang bunuh diri lompat dari jendela hotel. Orang-orang yang kalah judi!" kata teman yang sudah lama di Genting. Sementara pemandangan di bawah yang tidak tertutup kabut, sangat indah. Jalan raya meliuk-liuk seperti ular. Dibandingkan masuk ke kasino, saya lebih tertarik melihat pemandangan indah di Genting. Â Kasino jelas bukan tempat saya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H