Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Organisasi Produser Itu Akhirnya Terbelah

11 Oktober 2015   10:49 Diperbarui: 8 Juli 2020   22:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 Senin, 12 Oktober 2015, akan lahir lagi satu orgasnisasi film, meramaikan sekian puluh organisasi yang sudah ada, tetapi menambah jumlah organisasi produser film menjadi tiga. Organisasi yang akan lahir itu diberinama APFI (Asosiasi Produser Film Indonesia), dan akan “dideklarasikan” pembentukannya di Gerbera Room, Hotel Mulia Senayan. Sebelumnya sudah ada PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia) dan Aprofi (Asosiasi Produser Film).

Yang membedakan adalah, PPFI merupakan organisasi produser dari para pemilik modal, sedangkan Aprofi adalah organiasi produser sebagai pekerja (Pelaksana Produksi). APFI kemungkinan akan sama dengan PPFI, karena para pendirinya adalah mantan pengurus dan anggota PPFI.                                   

Pembentukan APFI merupakan buntut dari persoalan yang muncul dalam Kongres XIX PPFI, di Hotel Oria Jakarta, 17 September 2015 lalu. Dalam Kongres yang berlangsung sehari, agenda dijalankan secara maraton, mulai dari pembacaan tata tertib kongres, pertanggungjawaban Pengurus PPFI Periode 2011 - 2015, hingga pemilihan pengurus PPFI Periode 2015 – 2018.                              

Penulis yang hadir dalam Kongres itu mencatat, kongres berjalan dengan tenang dan tertib. Kalau pun ada tanggapan dari peserta adalah mengenai pertanggungjawaban keuangan panitia, yang menurut seorang peserta kurang jelas, karena antara jumlah anggota PPFI dan saldo keuangan organisasi yang ada, tidak balans. Katakanlah, jika satu anggota PPFI membayar iuran Rp.250 ribu / bulan, maka setahun adakan diperoleh angka Rp.3 juta. Anggota PPFI yang aktif ada 49 anggota, maka uang yang terkumpul selama periode kepengurusan tahun 2011 – 2014 adalah: Rp.3 juta X 49 X 4 = Rp. 588 juta. Ternyata jumlah yang dilaporkan tidak sebesar itu. Atas pertanyaan dari peserta, Ketua PPFI Periode 2011 – 2015 HM Firman Bintang menjawab, tidak semua anggota PPFI membayar iuran, dan yang tidak aktif berproduksi tidak ditagih.

Perdebatan cukup hangat lainnya adalah ketika menentukan cara pemilihan formatur. Opsi pertama adalah setiap peserta akan memilih 3 nama dalam satu paket; opsi kedua, setiap peserta memilih satu nama yang ditulis dalam kertas tertutup. Akhirnya opsi kedua disepakati. Hasilnya: Firman Bintang meraih suara tertinggi (19 suara), disusul oleh Oddy Mulya Hidayat (11 suara), Manoj Punjabi dan Ir Chand Parwez Servia (masing-masing 5 suara), Gope Samtani (3), Amrit Punjabi (2), kemudian Jimmy Haryanto, Zairin Zain, Harry Simon dan Adisurya Abdy masing-masing 1 suara.

Setelah penghitungan suara selesai, ditentukan 4 orang sebagai formatur, yakni HM Firman Bintang, Oddy Mulya Hidayat, Manoj Punjabi dan Ir Chandr Parwez Servia. Manoj Punjabi kemudian menyatakan mundur dari formatur. Agenda kongres selanjutnya adalah, peserta dibagi ke dalam 2 Komisi, dan tiga orang formatur (Firman Bintang, Oddy Mulya Hidayat dan Ir Chand Parwez Servia) rapat di ruangan tertutup untuk menentukan pengurus PPFI Periode 2015 – 2018.

Setelah mengadakan rapat, pimpinan Komisi membacakan point-point yang diusulkan untuk dijalankan oleh kepengurusan PPFI Periode 2015 – 2018. Tidak lama kemudian HM Firman Bintang muncul, dan berbicara di podium mengumumkan bahwa dirinya menjabat sebagai Ketua Umum PPFI berdasarkan amanah anggota yang diberikan kepadanya, tetapi belum bisa mengumumkan anggota pengurus lainnya. Firman berjanji akan mengumumkan nama-nama pengurus seminggu kemudian.

Usai pengumuman, sebagaimana lazimnya, masing-masing peserta memberi ucapan selamat. Setelah itu sebagian peserta meninggalkan ruang sidang, dan masih ada beberapa yang ngobrol-ngobrol. Pada saat itulah muncul “insiden” antara pemilik PT Inter Studio Rudy Sanyoto dan produser Oddy Mulya Hidayat. Belakangan diketahui bahwa masalah itu terkait utang-piutang.                                 

Lalu apa yang dibicarakan oleh formatur dalam menentukan kepengurusan, tetapi susunan pengurus tidak bisa diumumkan?             Menurut Firman Bintang kepada penulis, ketika berunding menentukan susunan pengurus, Oddy Mulya Hidayat meminta jabatan Ketua Umum, dengan alasan Firman Bintang pernah mengatakan tidak berminat lagi menjadi Ketua Umum PPFI. Kata Firman kepada Oddy waktu itu, ada 19 suara yang mempercayakan kepada dirinya untuk tetap menjadi Ketua Umum PPFI. Dan suara itu harus dihormati.

Firman menawarkan jabatan salah satu ketua dalam Kepengurusan PPFI 2015 - 2018, tetapi bukan Sekjen, seperti yang dijabat Oddy dalam kepengurusan periode 2011 – 2015, karena Oddy dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan baik sebagai Sekjen. Oddy sendiri baru muncul di arena kongres pada hari H, tanpa mengikuti proses persiapan sebelumnya.             

Namun Oddy tidak tertarik dengan tawaran Firman Bintang. Oddy lalu berkilah dirinya sibuk dengan urusan produksi. Bahkan di tengan pembicaraan telepon genggamnya berbunyi. Oddy mengatakan itu telepond ari tim produksi filmnya di Amerika yang tengah mengadapi persoalan. Karena alasan kesibukan itu Oddy menyatakan tidak ikut dalam kepengurusan PPFI periode 2015 – 2018.     

Akan halnya dengan Chand Parwez, produser pemilik PT Kharisma Starvision ini mengingatkan bahwa sudah waktunya PPFI diurus oleh orang-orang muda. Atas usulan itu Firman menawarkan agar Chand Parwez memasukan nama anaknya, Fiaz Servia, dalam kepengurusan. Menurut Parwez hal itu harus dikonsultasikan dulu dengan anaknya. Firman memeberi kesempatan kepada Parwez untuk menghubungi anaknya, tetapi tidak ada kepastian akan hal itu. Parwez kemudian mengatakan jika Oddy tidak terlibat di PPFI, dia juga tidak.   

Firman lalu meminta keduanya menulis pernyataan, sebagai pertanggung-jawaban kepada anggota. Oddy lalu menulis surat pengunduran diri di atas kertas memo hotel Oria, yang menyatakan tidak terlibat lagi dalam kepengurusan PPFI karena sibuk dengan urusan produksi. Ir Chand Parwez Servia ikut menandatangai di sebelah tandatangan Oddy. “Karena mereka menyatakan mundur, jadi saya boleh dong mengumumkan,” kata Firman kepada penulis.                                                                                                    

Oddy Mulya Hidayat yang dihubungi penulis melalui telepon dua hari setelah kongres PPFI mengatakan, dirinya memang sudah tidak diinginkan di PPFI. Ia sempat mendengar ada yang mengatakan kalau dirinya terpilih sebagai Ketua Umum PPFI, akan ada sekian banyak anggota yang mundur. “Itu maksudnya apa?” kata Oddy seraya mensinyalir insiden yang terjadi antara dirinya dengan Ruddy Sanyoto merupakan bagian dari cara untuk membully dirinya.                                                                                                                   

Oddy membantah jika dirinya dikatakan berambisi ingin jadi ketua umum. Menurutnya, sebaiknya PPFI dipimpin oleh orang-orang muda yang punya visi ke depan, orang yang mau membangun kemitraan dengan stakeholder perfilman lainnya seperti BPI dan yang lain-lain. “Selama ini PPFI seperti menutup diri. Tidak mau berhubungan dengan BPI, tidak mau ke Kemendikbud, bahkan ke DPR!” katanya. “Tidak benar saya berambisi jadi Ketua Umum PPFI, kerjaan saya banyak. Memangnya saya produser yang enggak punya kerjaan.”

Tentang tudingan tidak mengurus organisasi selema menjabat sebagai Sekjen PPFI, Oddy membantah. Menurutnya selama ini dia bergerak di luar atas nama organisasi, seperti mengikuti pembahasan Permen UU Perfilman, melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan DPR dan berbagai kegiatan lainnya.

 

*****

Selama puluhan tahun PPFI merupakan organisasi perfilman yang cukup solid. Sejak didirikan oleh Djamaludin Malik tahun 1954, tidak pernah terdengar gonjang-ganjing dalam tubuh PPFI. Kongres organisasi ini selalu berjalan adem-ayem, tidak pernah ribut-ribut. Bahkan pernah kongres berjalan nyaris tanpa perdebatan. Orang-orang yang duduk di organisasi ini adalah para pebisnis yang tidak mau ribut. Konon bisnis tidak baik dibawa ribut-ribut.

Bandingkan dengan orgasnisasi film lainnya seperti Parfi yang tak pernah lepas dari gonjang-ganjing setiap menjelang Kongres. Anggota yang tidak puas lalu mendirikan Parsi (Persatuan Artis Sinetron), walau pun anggotanya dia-dia juga.

Rencana pembentukan APFI yang dimotori oleh Oddy Mulya Hidayat dan Ir Chand Parwez Servia merupakan sebuah “langkah maju” bagi organisasi produser yang terkenal solid ini. Ada dua kemungkinan yang mendasari terbentuknya organisasi produser baru: Ketidak puasan anggota yang membelah diri itu, atau memang ada pihak di luar PPFI yang ingin memecahbelah PPFI, mengingat PPFI dibawah kepemimpinan Firman Bintang telah menjalankan politik konfrontatif terhadap pihak-pihak yang merugikan kepentingan anggota PPFI.

Apabila tujuan membentuk organisasi hanya karena ingin menduduki posisi penting di organisasi, rasanya sangat naïf. Syahwat kekuasaan akan menjerumuskan. “Power tends to corrupt. Absolut power, corrupts absolutely,” kata bangsawan Inggris Abad ke-19, Lord Acton. Selain itu, dengan terpecah-pecah memang lebih mudah dilemahkan.

Mengutip pernyataan Ketua PPFI Periode 2015 – 2018 dalam sambutannya, kondisi perfilman nasional dewasa ini pada umumnya masih sama dengan kondisi 4 (empat) tahun sebelumnya, dimana ada beberapa film nasional yang sukses seperti film Habibie-Ainun, 5 Cm, The Raid dll yang dapat dihitung dengan jari. Namun sebagian besar film Indonesia yakni sekitar 70% tidak mencapai titik-impas alias merugi.

Faktor-faktor yang menyebabkan film Indonesia kurang berhasil di pasaran, selain filmnya kurang memenuhi selera pasar/penonton yang umumnya dari kalangan generasi muda, juga karena pasar film nasional kian sempit.

(hw16661@yahoo.com)

 

                                                                                                                                                                                               

 

                       

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun