Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benarkah I-Pop Lebih Oke Daripada K-Pop?

15 Oktober 2014   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:54 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366638" align="aligncenter" width="300" caption="Tanaka Tan, pemuda Indonesia yang khusus belajar K-Pop ke Korea."][/caption]

Tak bisa dipungkiri, sejak beberapa tahun terakhir ini demam K-Pop (tarian dan musik pop dari Korea) telah melanda ke berbagai belahan dunia. Revolusi kreatif yang dilakukan seniman-seniman musik dari generasi muda, berhasil mendudukan K-Pop sebagai regim musik terkemuka di dunia, menyaingi Inggris dan Amerika.

Namun ada satu pendapat mengejutkan yang disampaikan oleh pengikut aliran K-Pop asal Indonesia, Tanaka Tan, yang mengatakan I-Pop (tarian dan musik Pop Indonesia) jauh lebih hebat dibandingkan K-Pop. "Kita punya tari-tarian yang sangat kaya, musik kita pun sangat beragam. Kita jauh lebih hebat dibandingkan Korea," kata Tanaka, ketika ditemui di lokasi syuting film "From Seoul to Jakarta", arahan sutradara Damien Dematra. Dalam film itu Tanaka terpilih sebagai pemeran utama.

Tanaka mungkin tidak asal ngomong. Pria berwajah "cantik" ini tahun 2011 sengaja pergi ke Korea Selatan untuk belajar K-Pop. Selama lima bulan ia belajar tari-tarian, musik dan akting di sebuah studio di Seoul. Tanaka sengaja belajar ke Korea Selatan karena ketika itu K-Pop sedang booming, dan ia melihat ada yang unik.

Menurutnya, tari-tarian dan musik pop Korea ternyata tidak sekaya tari-tarian dan musik di Indonesia. Yang membedakan antara Korea dan Indonesia adalah disiplin latihan dan belajar yang sangat keras di Korea, sedangkan di Indonesia lebih kompromistis. "Metode belajar di sana, kalau saya boleh menilai, di sana Di Korea itu tekniknya kurang, mereka hanya kerja keras saja. Indonesia punya teknik diafragma, teknik range vokal. Di sana hanya pengulangan-pengulangan saja. Belajarnya seperti militer ya. Kalau di Indonesia kan kita belajar nya perlahan-lahan, tapi banyak variasinya," kata pemuda kelahiran Jakarta 18 Juni 1980 ini.

Kini Tanaka membawa apa yang dipelajarinya di Korea untuk dicampurkan dengan Indonesia. Ia ingin membuat sesuatu yang baru. "Karena saya orang Indonesia, impian saya adalah membuat I-Pop lebih hebat dari K-Pop. Saya harap impian itu bisa terwujud," katanya.

Film From Seoul to Jakarta sendiri merupakan produksi kerjasama antara Damien Dematra Production dengan Universitas Mercu Buana, AK-Pro, Vortex USA, Rumah Kreasi Indonesia Hebat Cabang Malaysia dan perusahaan film Korea Selatan. Film ini rencananya akan tayang di Indonesia, Koresel, Malaysia, Amerika, Jepang, Cina, Kanada, New Zealand dan beberpa negara lainnya.

[caption id="attachment_366639" align="aligncenter" width="540" caption="Syuting film "]

14133556181456875131
14133556181456875131
[/caption]

Film ini akan mengangkat tentang problematika remaja yang mendunia, yang mengetengahkan tentang pembuktian diri, keberhasilan dan strategi jalan pintas bagi mereka yang ambisius. "Tadinya saya diminta untuk mengangkat tentang K-Pop secara utuh, tetapi saya tolak. Saya ingin I-Pop juga ditonjolkan di sini. Ternyata mereka mau," kata Damien. (herman wijaya/hw16661@yahoo.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun