mungkin mimpi akan menjadi keseharian
menjadi tatapan api yang terus ada dalam diri
kemelut terus memangsa
sementara diri belumlah dibersihkan
kemanakah harus aku berlari
mencari air kehidupan yang resah dibabat habis oleh kapital
pohon, tanah dan tebing-tebing dihabiskan
aku hanya tertawa lewat kata-kata makna
dengan deraian airmata yang tak kunjung selesai
lantaran pikiranmu dan nafsumu dibiarkan liar
nafsu yang ingin mengusai alam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!