Mohon tunggu...
Denita Matondang
Denita Matondang Mohon Tunggu... -

keep Fighting!!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Internet Sebagai Pendukung Demokrasi di Indonesia

19 April 2012   19:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:24 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita berbicara mengenai demokrasi di Indonesia, yang paling dekat dalam menilai proses demokrasi tersebut berjalan atau tidak ialah Media Massa. Hal tersebut dikarenakan media massa berperan besar dalam proses terjadinya demokrasi itu sendiri. Dimulai dari masa Orde baru hingga masa Reformasi. Media Massa dijadikan alat fungsi kontrol sosial dan sebagai alat untuk mengekspresikan kebebasan maupun berpendapat. Mulai dari media Massa-seperti detik, Indonesia Raya, Harian Kami, The Jakarta Times, Mingguan Wenang, Indonesia Ekpress- di bredel oleh pemerintah pada masa orde baru hingga banyaknya bermunculan massa lain akibat merenggangnya kebebasan pers masa reformasi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, perkembangan demokrasi kian berkembang. Dahulu hanya orang-orang atau masyarakat tertentu (akademisi, politisi) saja yang memanfaatkan media massa untuk berpendapat baik untuk mengkritik ataupun memberi saran kepada pemerintah melalui Televisi, surat Kabar, atau Radio. Sekarang, dengan kehadiran Internet seluruh rakyat memanfaatkan proses berjalannya demokrasi tidak peduli ia siapa dan dimana. Seluruh rakyat bebas berpendapat dan berekspresi. Misalnya mengkritik pemerintahan melalui jejaring sosial-facebook, twitter- atau langsung ke situs resmi -deplu.go.id- lembaga pemerintah itu sendiri.

Berdasarkan http://www.batampos.co.id/index.php/2012/03/03/catatan-dari-konferensi-pertama-media-online-aji-indonesia/ bahwa tahun 2011 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55,23 juta. Jauh lebih banyak dari tahun 2010 yang hanya 42,16 juta orang. Itu artinya, seperempat penduduk Indonesia sudah mengenal internet.

Namun yang menjadi permasalahan ialah apakah Internet dapat diposisikan sejajar dengan media massa lain sebagai penyokong dalam menjalankan demokratisasi? . Mengingat bahwa konektivitas dan jangkauan internet yang Global, Selektivitas dan anonimitas. Identitas pemakai sulit dikenali. Reliabilitas dan validitas dari internet. Setiap orang bebas membuka homepage sendiri dan menampilkan berbagai informasi di sana. Implikasinya tidak semua data dan informasi yang didapatkan lewat internet adalah andal dan valid untuk dijadikan sebuah acuan. Selain itu sumber informasi di internet juga mudah berubah, misalnya homepage-nya telah berubah atau bahan sudah tidak ada lagi. Sementara media massa lain televisi misalnya, sajian informasi yang akan ditayangkan jika lolos dari jobdesk editor, demikian juga halnya dengan Radio atau media cetak.

Disisi lain, bagaimana ketika surat kabar dijadikan alat propanda. Dalam kasus Poso atau misalnya siaran radio dimanfaatkan oleh Presiden Franklin D. Rosevelt membantu demokrasi Amerika. Tidakkah surat kabar atau radio yang merupakan sarana berjalannya demokrasi tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Mengingat sebagaimana dikemukakan Lesie D. Simon dkk dalam bukunya demokrasi dan internet : Kawan atau Lawan bahwa internet dilahirkan dengan semangat anti-otoritarian dengan keyakinan bahwa net akan memfasilitasi nilai-nilai demokratik seperti kebebasan mengungkapkan pendapat dan berserikat.

Dikatakan dalam buku tersebut bahwa kelahiran internet sendiri sebagai alat instrumen bagi departemen pertahanan AS, namun orang-orang yang mendesain dan mempelopori hardware dan software kebanyakan adalah para intelektual yang muncul pada masa hippe, berpandangan anti-kemampanan dan berjiwa bebas. Seperti John Postel, Jhon Perry Barlow, Mitch Kapor dan Steve Jobs. Sementara timing kepopulerannya sejak akhir 1980-an sampai dengan era 1990-an, berbarengan dengan berakhirnya Perang Dingin dan bangkitnya demokrasi di negara-negara dimulai dari Eropa Timur sampai Amerika Latin. Jadi, bagi sebagaian besar pengamat tampak bahwa Net dan demokrasi saling bergandengan. Pada dunia global misalnya, dimana baru-baru ini pemilihan ketua bank duan dilakukan secara online, tampak bahwa proses demokrasi melalui internet sudah menjalar ke seluruh dunia.

Kelahiran internet tersebut juga mampu menjangkau Indonesia yang tengah menganut sistem demokrasi. Kebangkitan media online di Indonesia sendiri diawali tahun 1995 yang ditandai dengan hadirnya: Republika.co.id, Kompas.com, Tempointeraktif.com (kini Tempo.co) dan Kemudian pada tahun 1998, media online terus bertambah yang ditandai hadirnya: Detik.com. Tahun selanjutnya, media online makin tumbuh. Bahkan pada 2003 semakin menggeliat yang ditandai hadirnya media online baru, antara lain: Okezone.com, Vivanews.com, Inilah.com, dan Antaranews.com. Media online seperti Detik.com, Kompas.com, Tempo.co, Kapanlagi.com sebagaimana dikutip dari http://www.batampos.co.id/index.php/2012/03/03/catatan-dari-konferensi-pertama-media-online-aji-indonesia/

Namun bagaimana peran media massa tersebut dalam menjalankan demokratisasi khususnya di Indonesia. Melihat kebelakang terkait kolongmerasi dan konvergensi media massa sendiri bahwa internet sebenarnya dimanfaatkan sebagai new business atau new market oleh pemilik media massa untuk mendapatkan profit. Perhatikan saja portal-portal berita bahkan bisa dikatakan tidak ada media online “indenpendent”. Misalnya Hampir seluruhnya media massa bahkan portal-portal berita menyajikan “berita atau peristiwa apa yang menjual”.

Oleh karena itu, kapan dikatakan bahwa media massa dalam hal ini internet mampu menjalankan proses demokrasi di Indonesia. Apakah ketika portal berita memberi ruang atau space pada para pembacanya untuk berkomentar? Atau apakah ketika portal-portal online menyediakan kanal khusus bagi para pembacanya untuk menuliskan berbagai aspek bidang kehidupan yang tidak terbatas? Atau ketika situs media online mengangkat hasil tulisan atau pendapat masyarakat dalam sebuah berita-pernahkah itu terjadi?-

Sebagaimana dalam buku demokrasi dan internet : Kawan atau Lawan Lesli memberikan kesimpulan bahwa teknologi dan pranata yang mendahului internet- mesin cetak, jasa pos, telepon, siaran radio, komputer- telah dipakai baik untuk kebaikan maupun kejahatan. Meski lawan-lawan demokrasi telah menggunakan semua teknologi tersebut dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi, masing-masing inovasi itu telah memnamtu memodernkan masyarakat di seluruh dunia dan mempercepat pertumbuhan demokrasi. Komunikasi antar banyak orang, menyebarkan informasi, dan mengembangkan pendidikan, semuanya telah melangkah lebih jauh ketimbang upaya-upaya dari penguasa otoriter untuk menjadikannya sebagai alat represi.

Kendati pengalamanan kita dengan internet masih terbatas, kita mulai dapat melihat pola-pola yang sama, meski dengan efek dan isu yang berbeda di berbagai negara. Lebih jauh, internet memberi dimensi baru khusunya untuk memperkuat hak berserikat dan jangkauan globalnya. Akan tetapi, tingkat kemampuan kita dengan internet untuk memfasilitasi demokrasi sangat bervariasi. Negara-negara dengan demokrasi yang kuat seperti Amerika Serikat, negara-negara di Uni Eropa, Kanada dan ditempat lainya, merupakan negara yang paling banyak memanfaatkannya. Di negara-negara yang tengah berjuang menjadi demokratis, yang juga cenderung lebih miskin, mulai memperoleh manfaat internet khususnya di area pendidikan dan masyarakat sipil. Demikian juga di Indonesia, sebagai negara berkembang Indonesia telah banyak memanfaatkan internet sebagai salah satu penyokong terjadinya proses demokrasi sendiri. Mulai dari pendidikan yang sudah memiliki kurikulum praktek dan teori-teori terkait internet, hingga sosial budaya dalam menyuarakan indentitas bangsa atau daerah masing-masing provinsi melalui situs resmi mereka. Terlebih para kaum akademisi, komunitas, aktivis, lembaga non pemerintah ataupun lembaga non profit yang mau dan telah menjalankan fungsi kontrol sosial dan menyuarakan pendapat baik saran maupun kritik demi terjalannya proses demokrasi di Indonesia. Tidak hanya itu, dengan hadirnya warung-warung internet disetiap daerah terpencil diharapkan adanya partisipasi dari masyarakat untuk menjalankan proses demokrasi

sumber : http://www.batampos.co.id/index.php/2012/03/03/catatan-dari-konferensi-pertama-media-online-aji-indonesia/

modul mata kuliah jurnalisme online tahun 2012-2013

Simon, ddk. Demokrasi dan Internet : kawan atau lawan. 2003. Tiara Wacana Yogyakarta

tugas Jurnalisme online

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun