Mohon tunggu...
Matondang Matondang
Matondang Matondang Mohon Tunggu... -

Nama saya matondang. Saat saya tidak sedang Jogging di Bukit-bukit bandung dan jalan-jalan dengan mengendarai motor. Saya bekerja sebagai freelance engineer. Saya memiliki hobi membaca dan menulis tentang sains fiksi.Sekarang saya sedang belajar menulis Semoga berkenan dan menyukai tulisan saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nostalgia

11 Mei 2016   21:58 Diperbarui: 11 Mei 2016   22:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, ITB. How nostalgic. Waktu pertama saya masuk disana setelah daftar ulang. Unit unit dan himpunan membawa anak yang baru lulus ini untuk persiapan orientasi. Kami diberikan buku petunjuk tahap persiapan bersama (tpb) dan buku yang berisi kegiatan dan pengenalan unit unit dan himpunan.

Selama 5 tahun saya berjalan dari depan Boromius setelah turun dari angkot, menyusuri pohon pohon beringin disekitaraan jalan ganesha. Kemudian menelusuri jalan menuju aula timur, kemudian ke aula barat melewati jurusan sipil, fisika sampai ke Labtek VI.

Melewati jalur tersebut berjalan kaki selalu menenangkan pikiran saya yang saat itu jarang tidur karena banyaknya beban kuliah dan ujian yang harus saya lalui. Kolom kolom batu alam dengan atap julang ngapak selalu indah dinikmati dipagi hari.

Bangunan ini adalah bangunan asli yang masih ada di ITB sejak dibangun ditahun 1918. Bagaimana rasanya duduk dibangku yang juga diduduki Soekarno ketika kuliah di sekitaran aula timur pastinya memberikan kesan mendalam. Terutama  saat menjalani ujian fisika yang isinya menanyakan berapa frekuensi suara yang didengar mahasiswa yang dilempar ke neraka jika iblis yang dengan jarak x mengeluarkan suara dengan frekuensi tertentu.

Masa masa perkuliahan saya lalui dengan begadang belajar sampai jam 3 pagi karena saya sebenarnya tidak terlalu pandai sehingga butuh usaha ekstra untuk lulus. Tetapi akhirnya sikap keras kepala saya untuk tidak menyerah ditengah jalan berhasil meluluskan saya,

14 tahun kemudian, penulis mendapati bahwa banyak yang dia pelajari seperti metoda numerik, sistem kontrol cerdas dan analisi sinyal digital tidak pernah dia pakai didunia kerja.

Tetapi anjuran seorang alumni di kuliah tamu untuk belajar bahasa Inggris sangat membantu karir saya. Kegiatan kegiatan seperti pencarian dana ke perusahaan perusahaan disekitaran bandung untuk kegiatan himpunan juga  banyak membantu saya didunia kerja.

Tetapi pada akhirnya, pengalaman berkuliah di ITB juga begitu berkesan bagi saya. Saya selalu berusaha agar mimpi mimpi idealistik masa muda saya dulu belum banyak yang harus dikorbankan untuk bisa menjalani kehidupan sesuai realita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun