Mohon tunggu...
Muhammad Dahlan
Muhammad Dahlan Mohon Tunggu... Petani -

I am just another guy with an average story

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memori Foto Jadul

5 Mei 2019   10:31 Diperbarui: 5 Mei 2019   10:57 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto bersama dengan teman di studio foto, 1993

Pada masa kini, kita memiliki memori telepon genggam yang penuh dengan foto yang dibuat di berbagai kesempatan. Foto selfie dengan teman, keluarga, rekan kerja, dan lain-lain. 

Media sosial mengubah cara kita membuat dokumen kenangan dengan membuat kita berada dalam tekanan terus menerus untuk membuat foto untuk ditunjukkan kepada orang lain tentang sesuatu yang sedang terjadi atau kita kerjakan dan untuk mendapatkan pengesahannya melalui like (suka) dan komentar mengenai foto kita, telah menjadi kebutuhan.  

Tapi kembali pada satu masa dulu, foto kenangan dibuat, diingat, dan dihargai. Foto tidak dibuat untuk mendapatkan puluhan atau ratusan like dan komentar dari teman dan pengikut media sosial kita. 

Ketika itu foto adalah bagian dari hidup kita, diabadikan untuk selama-selamanya. Kita tidak membuat cerita Instagram atau Facebook sepanjang hari untuk menunjukkan kepada orang-orang tentang sesuatu yang sedang terjadi, setiap foto di album foto lama kita memiliki kisah tersendiri untuk diceritakan. 

Namun dengan munculnya teknologi internet dan semua orang online, kita telah meninggalkan cara menangkap atau mengabadikan momen, menyimpan album foto lama kita di lemari dan membiarkannya menjadi kusam dan berdebu.

Jika dibandingkan cara pembuatan foto tempo dulu yang harus melalui beberapa proses, mulai dari memasukan rol film ke dalam tustel (kamera), jepret, cuci, dan cetak, kita telah menyesuaikan diri dengan cara mudah memotret hanya dengan sekali klik pada telepon genggam kita. 

Tapi ada kalanya kita mengenang dan masih merindukan perhitungan yang harus kita lakukan untuk membagi penggunaan rol film karena terbatasnya jumlah foto yang bisa dibuat, kita rindu kegembiraan menunggu untuk melihat diri kita di foto, kita rindu proses mengatur foto dengan rapi di album foto. Masih mengenang foto-foto itu setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun.

Melihat ke belakang, kita menyadari betapa mudahnya segala sesuatu sekarang ini. Kita bisa langsung memberitahu orang-orang bahwa kita sedang berlibur di suatu tempat bersama keluarga kita dengan memasang cerita di Instagram dan memperbarui status di Facebook. 

Belasan tahun yang lalu, memberitahu orang-orang bahwa kita pergi berlibur ke sebuah tempat wisata hanya dilakukan saat kita menunjukkan album foto kita kepada mereka serta menjelaskan cerita di balik setiap foto. 

Bukan hanya liburan, tapi setiap acara keluarga, dan bahkan saat kita melihat foto pernikahan orang tua kita dan bertanya kepada ibu kita, "Di mana aku?"

Setiap kali membuka album foto kenangan, seolah-olah kita menghidupkan kembali momen itu, sama seperti saat terakhir kali kita melihatnya. Ada sekumpulan pengalaman yang menyenangkan. Mulai dari membeli rol film, memperhitungkan jumlah foto yang akan dijepret, pergi buru-buru ke studio foto untuk mencetaknya. 

Bagian yang paling mendebarkan adalah menunggu foto diproses selama berhari-hari sebelum akhirnya bisa melihat apakah hasil foto baik atau tidak, lalu menyusun foto berdasarkan urutan atau kronologi pembuatannya. Kita menunjukkan album itu kepada teman atau keluarga yang datang mengunjungi rumah kita beserta cerita dibalik pembuatan foto.  

Suatu hari, saat kita mengeluarkan album foto lama dan berdebu itu, membolak-balik foto dan merasa tercengang melihat foto orang tua saat mereka muda, saat kita masih sekolah, menikah, menggendong anak pertama, dan sebagainya. 

Kita tidak akan mendapatkan hari-hari itu kembali, kehidupan yang penuh dengan album foto yang tidak akan pernah dihapus, tidak seperti hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun