SAYA kecewa pada MUI – meski sudah saya bayangkan sebelumnya. Saya menduga, MUI akan lembek dalam menghadapi kelakuan bejad ustadz Hariri, yang berceramah lalu menginjak kepala petugas 'sound system' di panggung, di depan anak-anak, dan di depan masyarakat. Benar saja!
Majelis Ulama Indonesia, yang menaungi ulama, dan dicemarkan oleh ulah ustadz kagetan itu, hanya “menyesalkan” dan "menyayangkan" .
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan menyatakan, tindakan kekerasan dalam berdakwah bukan cara yang diajarkan Rasulullah SAW.
"Kalau itu benar adanya, tentu itu menyalahi metode dakwah yang diajarkan Alquran. Di dalam Alquran berdakwah harus dengan kata-kata yang lembut dan dengan cara mau'izhatil hasanah," tuturnya kepada koran Republika.
Rekaman video yang memperlihatkan kedzloiman Ustadz Hariri menginjak kepala operator 'sound system', Entis Sutisna yang diposting di situs jejaring sosial Youtube terjadi di tengah acara ceramah di Nagrak, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sebulan lalu.
Apa yang dilakukannya bukan hanya penghinaan kepada sesama manusia, namun jelas mencemarkan para penceramah agama, pembawa nilai-nilai mulia yang selalu digembar-gemborkan sebagai "rakhmat bagi seluruh alam".
Hariri yang konon bergelar Raden dan Haji, dengan nama lengkap KH. Rd. M. Hariri Abdul Aziz Azmatkhan S.Psi., MA. - tampil di panggung sebagai ustadz, dengan dandanan meniru kostum ulama, dan memberikan ceramah. Sepatutnya melekat padanya sikap sabar, rendah hati, dan menahan diri. Namun kemudian berlaku nista dan hina.
Hariri Abdul Aziz, menurut situs sayangi.com merupakan pengasuh Majelis Mazidah Aswaja, yang kini sudah tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Selain itu, dia juga mengasuh sebuah pesantren di daerah Kabupaten Bandung, tepatnya Pesantren Muhyidin bin Yasa Ahlisunnah Waljamaah yang terletak di Nagrak, Cangkuang-Banjaran, Kabupaten Bandung.
Tapi, bagaimana pengasuh pesantren berlaku sekasar dan sedzolim itu? Jangankan seorang penceramah agama, rocker, penyanyi dangdut, yang longgar moralnya, tidak melaklukan sehina yang dilakukan oleh Hariri di panggung.
Para pedangdut koplo memang mempertunjukkan yang a moral, dengan goyang membakar syahwat . Tapi mereka tidak menyakiti siapa-siapa, tidak marah-marah kepada crew. Tidak melukai penonton dan crew-pendukung acaranya.
Sedangkan Ustadz hariri yang fasih mengutip ayat, di atas panggung justru menghinakan orang yang sedang bekerja mendukung acaranya. Di depan penonton, di depan anak-anak.
Tak heran, akibat tayangan video itu, dia menuai kecaman. Banyak tokoh dan pemuka Islam yang geram dengan kelakuan yang ditunjukkan Hariri di depan jamaahnya itu.
Namun - sungguh mengherankan jika MUI, yang seharusnya melindungi ulama, adem ayem saja. Hanya prihatin dan menyayangkankan.
"Kami prihatin dan menyayangkan dengan apa yang dilakukan Ustadz Hariri dalam sebuah video, saat dirinya berceramah di Nagrak, Kabupaten Bandung, Jawa Barat," kata Rafani Achyar, Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, kepada wartawan, di Bandung, Kamis (13/2).
Menurut dia, apa yang dilakukan oleh Ustadz Hariri terhadap pria yang berprofesi sebagai "sound system" tersebut termasuk dalam tindakan kekerasan. "Itu tindakan kekerasan terhadap orang lain, di depan para jamaah atau di depan publik. Hal itu sangat tidak pantas," katanya.
FUUI LUMAYAN
Tanggapan yang lumayan datang dari Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali yang mengatakan, rekaman video injak kepala yang dilakoni Ustadz Hariri bisa berdampak negatif terhadap persepsi masyarakat tentang Islam.
“Perbuatan yang bersangkutan (Hariri—Red), tidak hanya akan berakibat buruk bagi kepribadiannya, tetapi juga dapat merusak citra Islam. Ini fatal,” ujar Athian, saat dihubungi Republika On Line, Kamis (13/2).
Ia berpendapat, seorang pendakwah yang sudah telanjur digelari ustadz mestinya mampu mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap tindak-tanduknya dan memiliki tanggung jawab moral kepada umat.
Apa yang sudah dilakukan Hariri justru sebaliknya, kata Athian. “Keistimewaan seseorang dalam Islam bukan dipandang gelar, status sosial, ataupun pakaian yang dikenakannya. Akan tetapi, yang menentukan kemuliaan seseorang itu adalah ketakwaannya. Bisa jadi orang yang dihinakan itu lebih mulia di mata Allah,” tegasnya.
SOLAHUDIN OKE
Tanggapan paling sigap dan menyejukkan datang dari tokoh Islam pluralis Salahuddin Wahid atau biasa disapa Gus Sholah yang ikut geram dengan tindakan Hariri.
Gus Sholah juga meminta agar Hariri tidak muncul lagi di depan publik dengan mengatasnamakan seorang dai atau pesyiar Islam. "Dia (Hariri) jangan boleh muncul lagi sebagai dai," kata Gus Sholah dalam akun Twitter pribadinya dengan nama Gus_Sholah pada Kamis (13/2).