Mohon tunggu...
Matias Tudu
Matias Tudu Mohon Tunggu... Seniman - Seminar Internasional Austronesia-Melanesia yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Nusa Tenggara Timur

Mahasiswa aktif program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kecapi Maut

26 Mei 2022   17:17 Diperbarui: 26 Mei 2022   17:33 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya telah kutidurkan anak-anak kata di bibirmu yang mungil itu. Pantas saja ia melompat berarak-arak keluar dengan anggunnya. Satu jam saja terasa begitu pekat memungut kedipan demi kedipan penuh arti itu. Memang raut wajahmu memikul segala tanya? Menegadah dan mengaduhkan hal-hal tak kasat mata. Amboi, betapa  kuncup hati mulai memagut kembang.

Di melodi pembuka getar bibirmu berkata lagi
Di larik pertama getar tubuhmu berlakon lagi
Di larik kedua sorot matamu menembus lagi
Di larik terakhir getar tangan-kakimu terpaku mati
Di melodi penutup getar ceritamu tiada lagi

(Kupang, 26 Mei 2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun