Sebenarnya telah kutidurkan anak-anak kata di bibirmu yang mungil itu. Pantas saja ia melompat berarak-arak keluar dengan anggunnya. Satu jam saja terasa begitu pekat memungut kedipan demi kedipan penuh arti itu. Memang raut wajahmu memikul segala tanya? Menegadah dan mengaduhkan hal-hal tak kasat mata. Amboi, betapa  kuncup hati mulai memagut kembang.
Di melodi pembuka getar bibirmu berkata lagi
Di larik pertama getar tubuhmu berlakon lagi
Di larik kedua sorot matamu menembus lagi
Di larik terakhir getar tangan-kakimu terpaku mati
Di melodi penutup getar ceritamu tiada lagi
(Kupang, 26 Mei 2022)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!