Malam hari kami mencoba berkeliling sekitar hotel untuk mencari makanan pinggir jalan yang masih buka. Saya bersama Mila dan Ka Fifi pergi ke arah China Town dari hotel yang kami tempati. Mengingat terakhir kali kami makan nasi pagi hari ketika di Krabi, hingga tengah malam baru bisa bersantai di Kuala Lumpur, rasanya sangatlah lapar dan lemas.Â
Di dekat hotel ada KK Mart dan juga Seven Eleven, akan tetapi Seven eleven tidak buka, dan kami ingin mencari makanan berat yang khas Malaysia, agar transit singkat ini berasa dan membekas.
Sepanjang jalan dari hotel hingga kedai, kami dibuat kagum oleh Gedung-gedung yang berjejer di pinggir jalan dengan megahnya. Mall yang ada di Kuala Lumpur rata-rata bertema mewah dengan lampu kuning dan bangunannya yang berbentuk balok/ kotak. Jalanan di daerah Bukit Bintang cukup luas untuk pengendara.Â
Hotel kami pun dekat dengan salah satu stasiun LRT. Pejalan kaki juga disediakan trotoar yang beberapa titik terdapat kanopi untuk melindungi dari hujan, akan tetapi jalanan bisa dibilang masih sedikit kotor dan kurang terawat.Â
Ketika berjalan juga kami agak sedikit was-was karena ada lelaki dengan tampang yang seram dan mencurigakan terus mengikuti dan memperhatikan kami, sehingga sangat tidak direkomendasikan untuk berpergian sendirian.
Pandangan kami pada akhirnya tertuju pada salah satu kedai seafood yang ramai pembeli makan di depan kedai yang menyediakan kursi dan meja. Setelah melihat-lihat menu yang memiliki rentang harga RM 8 ke atas, dan uang ringgit kami yang terbatas dan belum ditukar, akhirnya kami bertiga memilih yang paling murah dan nasi, yaitu nasi goreng.Â
Ka Fifi memesan nasi goreng Pattaya, Mila memesan nasi goreng jamur, dan saya sendiri memesan nasi goreng daging. Kami memesan minummya air mineral sekitar RM 1,5. Ketika pesenan kami datang, kami dibuat kaget dengan porsi yang sangat jumbo, ditambah ternyata nasi goreng di Malaysia ada tambahan kuah kaldu daging yang begitu lezat.
Rasa dari bumbu nasi goreng daging pesanan saya sangatlah kuat seperti nasi kebuli, ditambah dagingnya yang sangat berlimpah, dan semakin nikmat ketika ditambah dengan kuah kaldu daging, rasanya sangat blend. Berbeda dengan nasi kuning dan nasi goreng pattaya, dimana menurut kami agak sedikit kurang pas untuk dipasangkan dengan kuah kaldu tersebut.Â
Rasa dari goreng Pattaya tidak sekuat nasi goreng daging, karena memang tipikal nasi gorengnya seperti itu. Nasi goreng jamur memiliki rasa seperti nasi kuning kalua di Indonesia. Satu porsinya kisaran RM 8 atau sekitar Rp 27.000. Pulang-pulang kami sangat kenyang dan senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H