Mohon tunggu...
Fathimah Muthmainnah
Fathimah Muthmainnah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perpisahan Mahasiswa UM dengan Baboh, Sosok "Ayah Thailand" di Eakkapap

16 Oktober 2022   20:02 Diperbarui: 16 Oktober 2022   20:12 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari perpulangan setelah usai menjalankan program Asistensi Mengajar Internasional di Eakkapap Sasanawich Islamic School, Krabi, Thailand Selatan yang disenggarakan oleh fakultas sastra Universitas Negeri Malang pada sejak tanggal 27 Juli 2022 pun tiba. 

Tepat pada tanggal 24 Agustus, saya, Fathimah Muthmainnah (S1 Pendidikan Bahasa Arab 2020), beserta 2 rekan saya, Luthfi Farihatun Nisa' (S1 Pendidikan Bahasa Arab 2019) dan Moh. Faisol Fahmi (S1 Pendidikan Seni Rupa 2020) resmi meninggalkan sekolah Eakkapap untuk nantinya dilanjutkan oleh peserta KKN PPL Internasional Angkatan selanjutnya dari kampus lain.

Dokpri
Dokpri

Awalnya saya, Ka Fifi, dan Fahmi akan berangkat ke Krabi International Airport bersama Buya Amran (Hubungan Internasional AECI), Ustadz Alan (Guru Eakkapap), dan ketiga dosen sastra Universitas Negeri Malang, Bu Yus, Pak Karkono, dan Pak Syafii menggunakan Van sekolah. 

Akan tetapi tiba-tiba Baboh (Kyai Eakkapap) menyuruh kami untuk berangkat bersama beliau menggunakan sedan pribadi beliau yang dikendarai oleh salah satu keluarganya. 

Sebelum berangkat kami berfoto bersama dahulu di depan rumah Baboh, rumah yang sejatinya menjadi rumah kami merasa nyaman, hangat, dan penuh kenangan.

Dokpri
Dokpri

Seketika teringat perjalan selama satu bulan, dimana Baboh rasanya sudah seperti ayah sendiri, dan bahkan Baboh yang meminta kami menyebutnya ayah Thailand. Baboh biasa mengajak kami makan dengan limpahan lauk di rumahnya yang besar. 

Baboh sangat rendah hati, baik, dan menyayangi kami. Baboh tak mengizinkan kami laundry baju di luar karena berbayar, tapi beliau selalu membuka rumahnya agar kami dapat menyuci baju menggunakan mesin cuci canggihnya di lantai 2 rumah. 

Halaman rumah Baboh juga biasa kami tempati untuk bersantai dan berbincang menikmati sore hari sembari melihat anak-anak santri bermain.

Dokpri
Dokpri

Baboh terlihat belum ingin melepas kami, beliau mengajak kami keliling Krabi dahulu untuk menghabiskan sisa waktu bersama. Waktu menuju check in tinggal beberapa jam lagi, namun lagi Baboh tidak ingin meninggalkan kami begitu saja di bandara berdiam saja, Beliau ingin menciptakan kenangan bersama. 

Pertama-tama Baboh mengajak kami ke toko bangunan namun kami tidak turun, karena itu urusan pribadi Baboh untuk pesantren. Setelah Baboh selesai dengan urusannya, kami berfoto bersama di samping toko bangungan, dimana ada pemandangan gunung cantik khas Thailand yang sebentar lagi tidak akan kami lihat lagi ketika sudah di Indonesia.

Dokpri
Dokpri

Selanjutnya Baboh mengajak kami ke "Big C", salah satu pasar swalayan yang lengkap di Krabi, selain "Lotus" yang begitu terkenal. Big C sendiri mirip seperti mall kecil di Indonesia. Di dalamnya banyak menjual makanan, pakaian, furniture rumah, elektronik, dan lain sebagainya. 

Kami diminta Baboh untuk memilih barang apapun untuk dibawa ke Indonesia sebagai kenang-kenangan dari Baboh. Awalnya kami ingin membeli patung gajah, namun ketika Ka Fifi mengambil syal bergambar gajah, Baboh tidak mengizinkan karena itu makhluk hidup, sehingga kami mengurungkan niat menghormati keyakinan Baboh. 

Akhirnya saya membeli syal, strap masker, dan kunciran rambut, Adapun Ka Fifi membeli baju dan strap mask, sedangkan fahmi membeli topi. Semuanya Baboh yang membayarnya.

Dokpri
Dokpri

Usai belanja Baboh mengajak kami untuk makan makanan khas Thailand terakhir kalinya, karena Baboh tau perjalanan akan panjang, jadi Baboh tidak ingin kami kelaparan selama di jalan. 

Kami makan beberapa menu khas Thailand di rumah makan, setelah itu kami langsung menuju airport, dan disana langsung check in bagasi. Selama kami mengurus bagasi, Baboh sendirian di kursi nampak termenung. 

Setelah semua selesai check in bagasi, kami pun foto bersama ulang, karena ternyata sebelumnya mereka semua sudah berfoto, dan karena kami rombongan Eakkapap telat jadi belum ikut berfoto. 

Usai foto bersama, saya meminta baboh untuk selfie berdua, namun tak sengaja saya melihat raut wajah Baboh yang memerah dan sedih melepas kami, namun baboh berusaha menyembunyikan air mata dan sedihnya di depan kami. 

Suaranya terdengar tak setegar biasanya, Baboh benar-benar sedang berpura-pura kuat di depan saya. Seketika air mata saya pun jatuh tak kuasa berpisah dengan sosok ayah yang selama ini telah baik di tanah perantauan.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun