Kami diminta Baboh untuk memilih barang apapun untuk dibawa ke Indonesia sebagai kenang-kenangan dari Baboh. Awalnya kami ingin membeli patung gajah, namun ketika Ka Fifi mengambil syal bergambar gajah, Baboh tidak mengizinkan karena itu makhluk hidup, sehingga kami mengurungkan niat menghormati keyakinan Baboh.Â
Akhirnya saya membeli syal, strap masker, dan kunciran rambut, Adapun Ka Fifi membeli baju dan strap mask, sedangkan fahmi membeli topi. Semuanya Baboh yang membayarnya.
Usai belanja Baboh mengajak kami untuk makan makanan khas Thailand terakhir kalinya, karena Baboh tau perjalanan akan panjang, jadi Baboh tidak ingin kami kelaparan selama di jalan.Â
Kami makan beberapa menu khas Thailand di rumah makan, setelah itu kami langsung menuju airport, dan disana langsung check in bagasi. Selama kami mengurus bagasi, Baboh sendirian di kursi nampak termenung.Â
Setelah semua selesai check in bagasi, kami pun foto bersama ulang, karena ternyata sebelumnya mereka semua sudah berfoto, dan karena kami rombongan Eakkapap telat jadi belum ikut berfoto.Â
Usai foto bersama, saya meminta baboh untuk selfie berdua, namun tak sengaja saya melihat raut wajah Baboh yang memerah dan sedih melepas kami, namun baboh berusaha menyembunyikan air mata dan sedihnya di depan kami.Â
Suaranya terdengar tak setegar biasanya, Baboh benar-benar sedang berpura-pura kuat di depan saya. Seketika air mata saya pun jatuh tak kuasa berpisah dengan sosok ayah yang selama ini telah baik di tanah perantauan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H