Mohon tunggu...
Mathilda Gian Ayu
Mathilda Gian Ayu Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswi

Baru mendalami dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompas.id sebagai Alternatif Bertahannya Media Kompas

20 April 2020   13:04 Diperbarui: 20 April 2020   13:02 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan kuliah online minggu lalu tepatnya pada hari Rabu, 15 April 2020 mengundang Haryo Damardono selaku wakil redaktor pelaksana Harian Kompas dan membidangi Kompas.id. Kompas.id merupakan media berita versi digital. Dalam pembahasannya beliau menjelaskan tentang Kompas.id serta Harian Kompas.

Perbedaan antara Kompas.id dengan Kompas.com adalah Kompas.id dikerjakan secara khusus oleh wartawan kompas dan dari Harian kompas, sementara Kompas.com memiliki kelompok kerja lain yang berbeda tugasnya untuk menjalankan berita di Kompas.com. 

Kompas.id dibuat berbeda dengan Kompas.com alasannya adalah yang pertama mengenai konten agar hampir mirip dengan Harian Kompas. 

Perbedaan bisnis bahwa sebelumnya media berpendapatan dari iklan sementara di masa yang akan datang media tidak akan lagi mendapatkan pendapatan dari iklan karena iklan lebih banyak dan mudah masuk ke media sosial sementara platform online harus berebut dengan yang lain sebanyak 40.000 media online di Indonesia agar iklan dapat mendanai media online mereka. 

Kompas.id ingin agar model bisnis kedepannya memiliki pendapatan dari pelanggan atau subscribe. Hal itu tercermin pada model bisnis dari New York Times. 

Walaupun dari sisi marketing Harian Kompas cukup kurang tersosialisasi namun sejak tahun 2017 mereka membangun Kompas.id dan dibentuk oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang digital. Kompas.id merupakan upaya untuk mempertahankan jurnalisme kompas. 

Dalam teknis pembuatan berita pun berbeda dengan media cetak koran. Di Kompas.id setelah menyelasikan liputan, reporter harus segera membuat berita maksimal 4 jam setelah liputan. 

Di malam harinya dilanjutkan dengan membuat berita untuk koran kompas. Reporter Kompas pun saat ini tidak lagi hanya memiliki kemampuan menulis, melainkan harus menguasai kemampuan dalam menulis, mengambil gambar, live report, dan mengambil video. 

sumber: twitter.com/hariankompas
sumber: twitter.com/hariankompas
Hal positif yang didapatkan adalah alat yang digunakan untuk liputan tidak seberat di zaman dahulu dan semakin mudah. Wartawan saat ini dituntut untuk menguasai multimedia.

Konsep 3M yaitu multimedia, multichannel, multiplatform yang dimiliki Kompas berdasarkan dari bisnis koran, televisi, Kompas.com, dan bisnis turunan lainnya. Konsep 3M diibaratkan menjelma di dalam diri manusia sehingga sebisa mungkin portal kompas merupakan 3M.  

Pergeseran dalam sisi menyebarkan berita dari koran menjadi portal berita online akibat dari perkembangan teknologi membuat perubahan secara besar-besaran seperti yang dialami oleh Pak Haryo Damardono ini. 

Pada saat masih berkecimpung di koran, beliau masih bekerja menggunakan mesin tik sementara dengan perkembangan yang serba online pihak pembuat berita harus menguasai multimedia. 

Berita yang ditayangkan di koran Kompas merupakan berita endapan yang diartikan sebagai berita tersebut dibaca kembali dan dicari solusinya bukan hanya untuk mencari sensasi. 

Sementara berita online dituntut untuk menayangkan berita secepatnya setelah melakukan liputan berita. Perlu dua tahun untuk melakukan penyesuaian perubahan dari cetak menjadi online.

Dalam media online sering berhubungan dengan prinsip Search Engine Operation (SEO). Pada Kompas.id sebenarnya mengikuti prinsip SEO, namun permasalahannya adalah perubahan dari orang yang biasa bekerja di media cetak koran dan biasanya membuat judul untuk berita di koran, sekarang harus berubah memikirkan judul yang sesuai untuk berita online karena pada dasarnya memiliki perbedaan satu dengan yang lain. 

sumber:kompastv.com
sumber:kompastv.com

Standar jurnalistik dalam cetak dan online memiliki standar yang berbeda dan juga dalam bentuk SEO seperti pola judul yang harus menarik. Kompas.id memiliki produk jurnalistik yakni berita yang dimuat lebih dalam dibandingkan Harian Kompas. 

Hal itu terjadi dikarenakan pada Harian Kompas cetak memiliki keterbatasan kolom sehingga tidak memungkinkan berita yang dimuat membahas terlalu dalam karena hanya memiliki 10 alinea. 

Sementara pada Kompas.id tidak memiliki batas kolom sehingga menjadikan berita yang dimuat lebih dalam dan lebih lengkap. Kompas.id dijadikan sebagai upaya penyelamatan dari Harian Kompas karena kelengkapan mulai dari narasumber, gambar yang lebih banyak, dan kedalaman berita. 

Hal itu menjadikan Kompas.id dibentuk agar masyarakat yang tidak memiliki waktu setiap jam hanya untuk melihat berita lebih memilih untuk membaca Kompas.id karena kontennya yang dibutuhkan masyarakat dan sangat bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun