Mohon tunggu...
Mathilda Gian Ayu
Mathilda Gian Ayu Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswi

Baru mendalami dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompas.id sebagai Alternatif Bertahannya Media Kompas

20 April 2020   13:04 Diperbarui: 20 April 2020   13:02 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergeseran dalam sisi menyebarkan berita dari koran menjadi portal berita online akibat dari perkembangan teknologi membuat perubahan secara besar-besaran seperti yang dialami oleh Pak Haryo Damardono ini. 

Pada saat masih berkecimpung di koran, beliau masih bekerja menggunakan mesin tik sementara dengan perkembangan yang serba online pihak pembuat berita harus menguasai multimedia. 

Berita yang ditayangkan di koran Kompas merupakan berita endapan yang diartikan sebagai berita tersebut dibaca kembali dan dicari solusinya bukan hanya untuk mencari sensasi. 

Sementara berita online dituntut untuk menayangkan berita secepatnya setelah melakukan liputan berita. Perlu dua tahun untuk melakukan penyesuaian perubahan dari cetak menjadi online.

Dalam media online sering berhubungan dengan prinsip Search Engine Operation (SEO). Pada Kompas.id sebenarnya mengikuti prinsip SEO, namun permasalahannya adalah perubahan dari orang yang biasa bekerja di media cetak koran dan biasanya membuat judul untuk berita di koran, sekarang harus berubah memikirkan judul yang sesuai untuk berita online karena pada dasarnya memiliki perbedaan satu dengan yang lain. 

sumber:kompastv.com
sumber:kompastv.com

Standar jurnalistik dalam cetak dan online memiliki standar yang berbeda dan juga dalam bentuk SEO seperti pola judul yang harus menarik. Kompas.id memiliki produk jurnalistik yakni berita yang dimuat lebih dalam dibandingkan Harian Kompas. 

Hal itu terjadi dikarenakan pada Harian Kompas cetak memiliki keterbatasan kolom sehingga tidak memungkinkan berita yang dimuat membahas terlalu dalam karena hanya memiliki 10 alinea. 

Sementara pada Kompas.id tidak memiliki batas kolom sehingga menjadikan berita yang dimuat lebih dalam dan lebih lengkap. Kompas.id dijadikan sebagai upaya penyelamatan dari Harian Kompas karena kelengkapan mulai dari narasumber, gambar yang lebih banyak, dan kedalaman berita. 

Hal itu menjadikan Kompas.id dibentuk agar masyarakat yang tidak memiliki waktu setiap jam hanya untuk melihat berita lebih memilih untuk membaca Kompas.id karena kontennya yang dibutuhkan masyarakat dan sangat bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun