Namun dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi membuat batasan tersebut telah menghilang sejak lama. Bahkan pertimbangan singkat tentang sejarah pembuatan gambar menunjukkan tumpang tindih yang cukup besar antara gambar diam dan gambar bergerak.Â
Â
Foto close-up dan bingkai beku adalah momen di mana bioskop menggunakan gambar diam, dan foto-cerita serta urutannya bersaksi tentang pengaruh sinema pada fotografi.
Â
Akar dari "multimedia" Â pun masih lebih dalam. Pada sejarah media gambar fotografi, sebelum gambar direproduksi menjadi hasil yang bisa dicetak, gambar-gambar yang telah ditunjukkan kepada masyarakat dengan bantuan perangkat teknologi yang mencipatakan persepsi gambar bergerak dalam pengaturan teater, seperti perangkat-perangkat untuk mempersepsikan gambar bergerak di zaman dahulu yaitu pphenakistiscope, zoetrope, praxinoscope, mutoscope, dll).
Jurnalisme foto selalu terpengaruh pada teknologi yang terus berubah semakin canggih, dan dengan lahirnya kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) dengan kemampuan lain selain mengambil gambar juga mengambil video seperti kamera yang diluncurkan pada Agustus 2008 yaitu Nikon D90.
Dan diikuti setelahnya Canon 5D Mark II yang lagi-lagi memiliki sorotan hubungan antara antara gambar diam dan bergerak, menyediakan praktisi dengan kemampuan gambar ganda dalam tubuh kamera tunggal.
Apa pentingnya sejarah ini? Ini menegaskan bahwa segala upaya untuk mendefinisikan "multimedia" dengan ketat akan mengecualikan lebih dari yang dicakupnya. Dan itu menunjukkan bahwa apa yang kita butuhkan bukanlah definisi terbatas dari satu genre, tetapi pemahaman yang diperluas tentang "fotografi," terutama hubungan lama dan kompleks antara gambar diam dan gambar bergerak.Â
Â
Mungkin apa yang dimaksud Tim Hetherington ketika ia berbicara tentang dunia "pasca-fotografi". Ini bukan dunia di mana satu bentuk visual telah mati, tetapi dunia di mana berbagai bentuk visual hidup dan lebih kuat dari sebelumnya.