Rata-rata orang di usia tersebut dianggap sudah mampu dan bijak untuk membeli produk yang mendukung profesinya. Lebih dari itu Brand juga dikenal sebagai sebuah janji yang seringkali digunakan untuk membentuk citra baru yang sebelumnya kurang baik di mata publik.Â
Misalnya, Teh Sari Wangi melalui pesan iklan memberi kesan bahwa salah pengertian dapat diluruskan dengan menikmati secangkir teh sari wangi dengan tagline "Mari Bicara".
Sementara itu perusahaan penerbangan Air Asia memberi janji sekaligus bukti bahwa sekarang transportasi udara tak hanya dimiliki oleh orang-orang berpunya. Air Asia memberi kesempatan orang terbang dengan biaya murah, "Now everyone can fly".
Kemurahan harga bukan dikarenakan kualitas pelayanan atau pesawatnya yang pas-pasan, tetapi dikompensasi dengan fasilitas di pesawat yang tanpa televisi dan makanan gratis.
Lebih jauh lagi, Pertamina bermaksud menghapus kesan 'buram' terdahulu dengan komunikasinya "Pasti Prima". Hal ini didukung dengan ucapan baku bagi seluruh petugas di pom bensin, menyapa konsumen dengan "Mulai dari nol ya pak/bu". Seakan ingin meyakinkan konsumen bahwa Pertamina memberi layanan yang akurat, apa yang diperoleh sesuai dengan yang dibayar.
Reputasi
Melalui pemaparan di atas, maka dapat dipahami betapa brand sangat 'bernilai' dan tak dapat dengan mudah dihitung secara finansial seperti menilai asset fisiknya. Meski demikian, brand juga sangat rentan dalam arti begitu tersandung dengan isu yang negatif maka sulit untuk membangunnya kembali.
Garuda Indonesia misalnya pernah terjegal dengan kasus korupsi Direktur Utamanya (Baca: Kejagung Tetapkan Eks Dirut Garuda Jadi Tersangka Korupsi, Tempo.co, Senin, 27 Juni 2022). Meski ini perbuatan personal, namun kedudukan yang bersangkutan telah turut mencemarkan nama baik Perusahaan. Terkait dengan personal branding ini, apakah kepercayaan terhadap seseorang dapat berubah? Tentu, karena people change.Â
Pertama, penilaian orang terhadap kita bisa berubah karena orang tersebut juga berubah baik dari cara dia memandang kita, pengetahuan dan pengalamannya bertambah, relasinya juga semakin luas. Semua itu memberi pengaruh terhadap persepsi seseorang.
Sebaliknya kita sebagai individu juga dapat berubah berdasarkan macam-macam sebab seperti karena kedudukan dan status kita berubah dari orang biasa kemudian menduduki posisi penting, ekspektasi kitapun semakin tinggi, mungkin juga tuntutan dan prioritas hidup kita berubah sehingga kita menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya. Itulah sebabnya kita tak dapat mengkultuskan atau mendewa-dewakan seseorang.