Begitu hangat Debat kedua Calon Presiden yang digelar Minggu malam, 7 Desember 2024 lalu. Tema debat Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik. Penulis ingin meninjau penampilan tiga calon dari sisi komunikasi.
Unsur pertama yang dapat kita nilai dari penampilan ketiganya adalah melalui teknik public speaking (berbicara di depan umum), termasuk narasi dan bahasa tubuh.
Ketiga calon memiliki kemampuan public speaking yang bagus, secara umum berbicara lancar dengan sedikit melihat pada catatan/hp, percaya diri dan banyak senyum. Mereka setidaknya memiliki ciri khas masing-masing, ada yang cool, jaim, juga jenaka.
Kekuatan public speaking selain melalui substansi materi yang dibawakan yaitu sesuai dengan topik yang diangkat atau selaras dengan pertanyaan yang diajukan, adalah juga bagaimana mereka membawakannya dengan didukung bahasa tubuh yang memadai.
Gaya menjadi semacam 'Brand' dari masing-masing calon yang kemudian melekat dalam benak pemirsa. Sehingga jika yang 'baper-an' akan tampak sekali melalui mimik wajah, mengernyitkan kening, tatapan yang tendensius, senyum kecut sampai senyum puas. Sedemikian rupa hingga ada bagian yang disensor oleh penyelenggara, sayangnya sempat bocor dan beredar melalui media sosial, ketika salah satu calon menanggapi pernyataan calon lainnya dengan gerakan jenaka yang muncul begitu saja tanpa diskenariokan. Sebetulnya untuk sebuah tayangan inilah sisi 'human interest' yang menjadi tontonan enak dilihat.
Bukan rahasia lagi, jika istilah 'goyang gemoy' sudah melekat pada masyarakat, dan bisa saja nanti menandingi Rungkad, Poco-poco atau Maumere. Tentu dalam memilih Calon Presiden ada aspek2 prinsip yang perlu menjadi dasar pertimbangan dari sekedar seru-seruan saja.
Capres dan Branding
Kemampuan ketiga calon untuk mengemas narasi baik secara sengaja atau tidak akan berdampak pada persepsi khalayak terhadap mereka.
Menurut Joseph A. Devito Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang sadar terhadap suatu peristiwa dalam hal ini penampilan Capres, mengenal mereka juga melalui apa yang mereka dengar dari orang lain tentang capres tersebut.
Persepsi memang tak selalu tepat, namun ketika persepsi seseorang terhadap orang lain dibagikan melalui media sosial tentu ini akan memberi keuntungan bagi para Capres. Apakah itu sindiran, cercaan atau pujian yang dalam teori komunikasi semakin diangkat dan dibahas akan memperkuat image dan branding mereka.