Prinsip 5 -- Komunikasi antarpribadi mengacu pada konten dan hubungan. Dimaksud di sini adalah bahwa bisa saja pesan itu merujuk pada kenyataan (konten) seperti pada obyek yang dilihat. Tetapi pada saat bersamaan mereka yang terlibat dalam komunikasi juga merujuk pada hubungan antar mereka sendiri. Kita mengenal istilah conflict of interest (konflik kepentingan), pengertian sederhana khususnya terkait dengan komunikasi adalah bahwa kita tak dapat membaur hal-hal yang sifatnya pribadi dengan aspek-aspek yang terkait dengan tanggungjawab kita terhadap profesi. Contoh, seorang sahabat berkonflik dengan seorang teman kita. Teman ini tak mempunyai masalah apapun dengan kita, namun karena hubungan kita dengan sahabat lebih dekat maka kitapun solider dengannya, dan tidak menegur kawan yang berkonflik ini. Akan baik jika kita melihat segala sesuatunya secara netral.
Prinsip 6 -- Komunikasi antarpribadi adalah rangkaian peristiwa yang diberi penekanan. Komunikasi menghasilkan sebuah relasi yang berkesinambungan dikarenakan adanya interaksi  berkelanjutan. Seseorang yang kita kenal di sebuah pesawat misalnya, suatu saat bisa saja menjadi rekan bisnis kita karena melalui pertemuan di pesawat itu kita saling mengenal latar belakang atau profesinya.
Prinsip 7 - Komunikasi antarpribadi memiliki sifat tak terhindarkan (inevitable) artinya sebagai makhluk sosial kita tak dapat menghindar dari percakapan dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga tak dapat dibalik (irreversible) bahwa apa yang kita komunikasikan tak dapat ditarik atau diubah apalagi jika hal itu telah masuk di ruang publik. Pemahaman ini hendaknya disikapi dengan mempersiapkan atau mempertimbangkan dengan matang sebelum kita berbicara agar jangan ada perkataan yang secara tak sengaja menyinggung perasaan orang lain. Komunikasi antarpribadi unrepeatable, peristiwa komunikasi berserta segala sesuatu yang tercakup didalamnya tak dapat diulang secara sama persis. Misalnya, sebagai sumber pertama seorang korban  menyampaikan laporan tindak pelecehan yang ia alami kepada pejabat berwenang. Dari pejabat ini diteruskan kepada pihak penyidik, substansi sama tetapi materi bisa berbeda sehingga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda pula. Mengapa? Karena bisa saja suasana internal dari pejabat terkait maupun situasi eksternal yang dialami berbeda. Guna memperkecil dampak yang tak diinginkan, maka perlu ada semacam SOP (Standard Operating Procedure), yakni panduan baku yang menjadi pegangan tim kerja.
Kesimpulan
Berkomunikasi adalah hal praktis yang sehari-hari kita lakukan. Namun dibalik itu kita perlu memahami apa yang kita komunikasikan agar tidak merusak relasi yang telah terbina karena ketidaktepatan dalam cara penyampaian, konteks dan sasaran. Kita perlu mendukung terbukanya ruang-ruang nyaman bagi masyarakat agar tercipta harmonisasi dan saling menghargai satu sama lain. Kita juga perlu melawan tindak kekerasan dalam masyarakat dengan mengedukasi seluruh pihak agar berani berbicara dan melindungi korban kekerasan melalui sistem pengaduan yang jelas. Transparansi perlu dijunjung, namun harus disertai kebijaksanaan dalam menanggapi secara tepat dan berimbang.
Mathilda AMW Birowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H