MERAWAT SUNGAI MERAWAT SEMESTA
Di bulan ini tepatnya 28 Juli masyarakat dunia memperingati Hari Konservasi Alam Sedunia. Peringatan ini dimaksudkan agar kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan alam dan lingkungan hidup semakin tinggi.Â
Menurut laman internationaldays.co, World Nature Conservation Day merupakan sebuah aksi untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan mendesak dalam melestarikan alam lingkungan.Â
Terkait dengan hal ini Pemerintah Indonesia tengah gencar melaksanakan konsep Ekonomi Hijau yang pada intinya adalah mengupayakan aktivitas ekonomi rendah karbon dan bersamaan dengan itu memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup, menghemat sumber daya dan inklusif secara sosial.Â
Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pembangunan rendah karbon dapat memicu tingkat pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Melalui penerapan Ekonomi Hijau (Green Economy) diharapkan limbah akan berkurang jika dibandingkan dengan bisnis konvensional di tahun 2030.
Pentahelix Ekonomi Hijau
Telah banyak pemikiran, Upaya dan forum mendiskusikan tentang bagaimana cara berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan hidup. Salah satunya dengan mengadakan Hari Konservasi Alam Sedunia.Â
Union for Conservation of Nature (I.U.C.N.) sebagai organisasi pemerhati alam terus menerus melakukan perubahan agar ekosistem kehidupan terus berjalan dengan baik.Â
Berkaitan dengan kepedulian terhadap alam lingkungan, Alumni Katolik Universitas Indonesia (ALUMNIKA UI) dan Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Indonesia (KMK UI) melakukan program Merawat Sungai Merawat Semesta (MSMS), pada 29 Juli 2023.Â
Kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Konservasi Alam Sedunia. Program ini didukung penuh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI).Â
Mengambil lokasi di seputaran Sungai Ciliwung, Pasar Minggu, kelompok ini melakukan penanaman pohon di bantaran tepi sungai serta menebar bibit ikan di Sungai Ciliwung.
Ketua Umum Alumnika UI, Mathilda AMW Birowo mengemukakan bahwa merawat lingkungan bukanlah tugas Pemerintah semata, namun juga tanggungjawab bersama. Strategi Pentahelix perlu diterapkan dengan melibatkan para pemangku kepentingan yakni Pemerintah, Masyarakat, Media, Pelaku Bisnis dan Akademisi.Â
Hal ini juga selaras dengan strategi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Drs. Witono, Kepala Sub Direktorat Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air, Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, saat melakukan penanaman pohon kopi simbolis dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup maka perlu dilakukan kolaborasi dan kegiatan yang berkesinambungan, komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat serta para pemangku kepentingan lainnya.Â
Pemerintah sebagai yang membuat regulasi, dengan komunitas dalam masyarakat sebagai pemrakarsa kegiatan atau dengan pelaku usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Mengubah perilaku
Program MSMS ini berlokasi di Jakarta Selatan, wilayah Gema Bersuci. Haji Royani adalah sosok yang mendirikan Komunitas Gema Bersuci, bertujuan menjaga dan merawat lingkungan khususnya yang ada di bantaran Sungai Ciliwung.Â
Maria Wardhanie, bidang Lingkungan Hidup Alumnika UI yang juga insiator dan pendiri PEPULIH (Pemerhati & Peduli Lingkungan Hidup), sejak lama telah bermitra dengan Haji Royani. Maria mengakui bahwa flora dan fauna Sungai Ciliwung perlu dijaga kelestariannya.
Royani menurut Maria adalah seorang pekerja keras untuk lingkungan hidup. Selain itu, ia juga melakukan pembinaan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, penelitian di bidang ilmu pengetahuan, melakukan studi banding dan memberi bantuan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.Â
Dalam hal ini, Royani mengutarakan, hal pertama yang dilakukan yaitu mengubah perilaku masyarakat terhadap fungsi lingkungan hidup dan sampah.Â
Berdasarkan hal ini, Gema Bersuci menutup lokasi pembuangan sampah liar di bantaran Sungai Ciliwung area Jakarta Selatan yakni daerah Pejaten Timur yang dilakukan sejak 2011.
Selanjutnya penghijauan bantaran sungai dilakukan agar program Gema Bersuci berkelanjutan. H. Royani bekerja sama dengan beberapa komunitas, instansi pemerintah dan swasta dalam program penghijauan di kawasan bantaran Sungai Ciliwung.Â
Termasuk saat ini bersama kaum akademisi dari Universitas Indonesia. Penerima Penghargaan Local Heroes ini lahir di bantaran Kali Ciliwung dan merupakan pensiunan dari BUMN.Â
Pada 2009, Royani mendirikan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Gerakan Masyarakat Bersih Sungai Ciliwung (Gema Bersuci). Konsistensi dan keseriusan dari H. Royani lah yang kemudian menjadikan Gema Bersuci sebagai yayasan Komunitas Gema Bersuci pada tahun 2018.
Mengapa Sungai Ciliwung?
Ciliwung adalah salah satu sungai bersejarah yang juga merupakan benteng alam Kerajaan Pajajaran [1482-1567]. Sejak zaman Kolonial Belanda di Jawa, Sungai Ciliwung telah mendapat perhatian dan dipelihara mulai dari hulu sungai.Â
Hal ini dilatar belakangi anggapan pemerintah Belanda bahwa Sungai Ciliwung perlu dijaga sebagaimana juga menjaga kewibawaan ibukota, Batavia. Sungai ini terbentang dengan Panjang 120 kilometer dari Bogor mencakup Kawasan Gunung Gede, Pangrango dan Cisarua, mengalir ke hilir di pantai utara Jakarta.
Dalam perkembangannya, Ciliwung kerap dikaitkan sebagai penyebab banjir di Jakarta. Namun sesungguhnya adalah perilaku warga yang merusak Ciliwung dengan sampah, limbah, hingga merusak area hijau sebagai areal resapan airnya.
Saat ini Ciliwung merupakan satu dari 15 sungai yang diprioritaskan pemulihannya oleh Pemerintah Indonesia. Data penelitian LIPI menyebutkan, sepanjang tahun 1910 hingga 2010, ikan seperti belida, soro, berot, nilam, tawes, sudah tidak ditemukan lagi di Ciliwung. Agar ikan yang ada tidak punah, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah harus ditumbuhkan.Â
Sejalan dengan itu, pencemaran air yang terjadi akibat limbah industri pabrik harus dihentikan. Kerja sama antar lembaga dan masyarakat serta dunia usaha diharapkan dapat menghentikan pihak-pihak yang menebar ikan-ikan predator di Ciliwung yang bukan habitatnya.Â
Dengan demikian, selain merawat dan mengembalikan fungsi Sungai Ciliwung, juga diharapkan Ciliwung dapat menjadi salah satu obyek wisata ibu kota seperti juga kota-kota lain di dunia yang dilewati aliran sungai. (Mathilda AMW Birowo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H