Perbedaan yang ada tidak akan menjadi kendala dalam bersosialisasi, mereka mampu melebur, bekerjasama, atau saling peduli. Karena cinta kasih dalam keluarga telah terpenuhi, sehingga tidak ada alasan bagi anak-anak untuk berperkara dengan orang lain. Kelekatan dalam keluarga juga akan mempengaruhi bagaimana setiap anggota keluarga mampu menghadapi dan menyelesaikan persoalan dengan bijak. Sekiranyapun persoalan dianggap terlalu berat maka yang akan mereka cari terlebih dulu untuk dimintai pendapat atau solusi adalah orangtua atau saudara yang lebih senior. Kelekatan juga berarti adanya keterbukaan, sehingga memperkecil anak-anak untuk menyembunyikan persoalan mereka, apalagi melakukan curahan hati (curhat) kepada orang lain bahkan media sosial.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (KOMINFO) menunjukkan tak sedikit remaja yang melakukan 'curhat' melalui media sosial yang adalah ruang publik. Hal mana memicu masalah-masalah sosial seperti perdagangan orang, penculikan atau pelecehan. Dalam berbagai kasus menjadikan remaja terjerumus pada narkoba atau bahkan bahkan mengakhiri hidupnya karena tak ada tempat untuk berbagi. Dalam keluarga yang penuh kasih mengajarkan setiap anggota untuk mensyukuri berkat Tuhan apapun itu. Termasuk dalam saat sulit serta dampak yang membuat kita kurang nyaman akibat pandemi covid 19.
Mereka yang biasanya aktif harus tinggal di rumah dan melakukan segala sesuatunya dari rumah, bekerja, belajar dan beribadah di rumah. Namun suka cita di rumah akan menjadi kekuatan bagi keluarga di masa sulit ini. Keluarga yang penuh syukur akan selalu berpikiran positif dan mencari jalan keluar terbaik untuk dapat bertahan. Ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis online, kuliner, dari sebuah hobby yang kemudian dapat menghasilkan uang dan mendukung ekonomi rumah tangga yang sedang kering.
Lompatan Kemajuan
Mengutip apa yang dikatakan Joko Widodo, Presiden RI dalam beberapa forum, Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuatkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan. Maka, betapa banyak hikmah yang kita peroleh sekiranya kita dapat bersyukur. Seroang ibu rumah tangga yang tidak pernah memasak akhirnya menjadi pemasak handal untuk keluarganya. Anak-anak yang biasa belajar hanya dengan guru lesnya dirumah, sekarang bisa lebih sering belajar bersama ayah atau bundanya. Kesempatan untuk beribadah bersama sekeluarga, mengikuti misa harian bahkan untuk ibadah-ibadah yang dalam kondisi normal kurang memungkinkan.
Analoginya bisa dikatakan demikian, sebagai orang yang terinfeksi virus dan lalu sembuh lazimnya telah memiliki antibodi yang kuat terhadap virus yang sama. Tubuh memproduksi antibodi sebagai respons terhadap virus atau bakteri yang masuk. Bila seseorang pernah melawan suatu penyakit, sistem imunnya telah mengenali penyebab penyakit itu dan tahu cara mengalahkannya secara lebih cepat dan lebih baik di kemudian hari. Dalam kaitannya dengan perjuangan dalam mengatasi krisis yang kita hadapi ini, maka kita akan menjadi semakin kuat sekiranya kita berhasil mengalahkannya. Krisis yang mampu kita selesaikan akan memberi pelajaran hidup yang sangat berarti dan menjadi kekuatan kita memasuki era Normal Baru.
Akhirnya, hal terbaik dalam kita bersama-sama memutus rantai penularan covid 19 adalah bagaimana kita mengutamakan kebutuhan keluarga. Saat ini adalah kesempatan baik untuk lebih memprioritaskan keluarga baik dari sisi pertumbuhan iman, kesehatan hingga pendidikan. Selagi banyak waktu di rumah, kita bersama memperkuat ketahanan keluarga, mempersiapkan anak-anak sebagai generasi bangsa yang kuat dan bermartabat. Awalilah dari dalam keluarga seperti kata Mother Teresa dari Calcuta, pejuang kemanusiaan, "If you want to change the world, go home and love your family."
Jakarta, 20 Januari 2021
Mathilda AMW Birowo
Â
Bahan Referensi: