Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Empat dasawarsa menggeluti bidang Corporate Communication di Kompas Gramedia, Raja Garuda Mas Group dan Bank CIMB Niaga. Memiliki pengalaman khusus dalam menangani isu manajemen serta strategi komunikasi terkait dengan akuisisi dan merger. Sarjana Komunikasi UI dan Sastra Belanda ini memperoleh Master Komunikasi dari London School of Public Relations serta sertifikasi Managing Information dari Cambridge University. Setelah purnakarya, menjadi Konsultan Komunikasi di KOMINFO. Saat ini mengembangkan Anyes Bestari Komunika (ABK), dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia; Universitas Multimedia Nusantara; Trainer di Gramedia Academy dan KOMINFO Learning Center serta fasilitator untuk persiapan Membangun Rumah Tangga KAJ; Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik RI; Ketua Umum Alumni Katolik UI; Koordinator Sinergi Perempuan Indonesia (Kumpulan Organisasi Perempuan Lintas Iman dan Profesi). Memperoleh penghargaan Indonesian Wonder Woman 2014 dari Universitas Indonesia atas pengembangan Lab Minibanking (FISIP UI) dan Boursegame (MM FEB UI); Australia Awards Indonesia 2018 aspek Interfaith Women Leaders. Ia telah menulis 5 buku tentang komunikasi, kepemimpinan dan pengembangan diri terbitan Gramedia. Tergabung dalam Ikatan Alumni Lemhannas RI (PPRA LXIV/Ikal 64).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan, Filosofi Melati, dan The Servant Leader

11 Januari 2021   16:06 Diperbarui: 11 Januari 2021   16:15 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Risma mengaku tidak paham bahwa kegiatannya dalam menolong orang masih dipersoalkan oleh sejumlah pihak. Padahal, pertolongannya itu hanya sebagai bentuk kegiatan kemanusiaan. " Saya sebagai manusia saya lihat mereka tidur di gerobak. Saya manusia apa kalau saya diam saja?" komentar Risma yang dilansir beberapa media. Pengertian berlebihan seyoyganya ditujukan pada mereka yang secara mendadak melakukan hal yang tidak biasa dan terkesan mencari perhatian. Halnya dengan Risma tentunya berbeda, masyarakat kenal siapa dia dari aktivitas di jabatan sebelumnya. Blusukan bagi Risma sudah menjadi hal yang biasa untuk lebih mengetahui persoalan sesungguhnya.  

Servant Leadership

Bagi saya, Risma merupakan salah satu contoh nyata seorang pemimpin yang memiliki sifat melayani. John Correlli (TeamGantt), 2019 mengemukakan 10 prinsip dari Servant Leadership,

1. Listening

Mendengarkan adalah inti dari kepemimpinan yang melayani. Risma menyambangai masyarakat secara langsung bukan sekedar mengutus dan menunggu laporan dari anak buahnya. Hal ini ia lakukan agar dapat berbicara, mendengarkan mereka secara langsung. Ini adalah cara sederhana untuk membuat tim atau masyarakat merasa dihargai sehingga mereka tahu kita peduli.

2. Empathy

Banyak hal dapat menjadikan kita berempati. Ketika berbicara tentang kepemimpinan yang melayani, kita mencoba mencari tahu apa yang membuat tim kerja kita tergerak, sekaligus mempelajari  kekuatan dan kelemahan mereka. Dengan cara itu kita dapat membuat anggota tim  bersinar (catatan: bisa lihat tulisan saya terdahulu tentang Kepemimpinan Berbinar) atau bahkan mungkin membantu mereka mengubah kelemahan mereka menjadi sebuah kekuatan. J

ika kita ingat, Risma sebagai Wali Kota Surabaya pernah viral di media sosial tak kala ia melakukan inspeksi mendadak di Gedung Siola. Tepatnya, di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya, Kamis (5/7/2018). Diberitakan JawaPos.com Risma berang  melihat lamban dan panjangnya antrean proses e-KTP. 

Hal itu terjadi menyeluruh, mulai dari perekaman hingga pencetakan e-KTP. Setelah dievaluasi, panjangnya antrean terjadi lantaran pemohon proses biometrik (sidik jari) pada tahap perekaman yang tidak bermasalah juga diminta untuk mengantre gabung dengan yang bermasalah. Setelah itu Risma mengajak seluruh pejabat terkait untuk rapat dan memberi arahan agar tidak ada lagi antrean kemudian hari.

 3. Healing

Penyembuhan itu dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dengan adanya keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan sosialnya. Ini juga tentang memberi anggota kita alat yang mereka butuhkan untuk sukses sehingga mereka merasa berharga. Para tuna wisma yang hidup di jembatan dan seringkali kita abaikan dengan alasan 'siapa suruh gak kerja, males sih' justru menjadi perhatian Risma. Ia langsung berhadapan, memberi arahan dan solusi untuk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun