Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Empat dasawarsa menggeluti bidang Corporate Communication di Kompas Gramedia, Raja Garuda Mas Group dan Bank CIMB Niaga. Memiliki pengalaman khusus dalam menangani isu manajemen serta strategi komunikasi terkait dengan akuisisi dan merger. Sarjana Komunikasi UI dan Sastra Belanda ini memperoleh Master Komunikasi dari London School of Public Relations serta sertifikasi Managing Information dari Cambridge University. Setelah purnakarya, menjadi Konsultan Komunikasi di KOMINFO. Saat ini mengembangkan Anyes Bestari Komunika (ABK), dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia; Universitas Multimedia Nusantara; Trainer di Gramedia Academy dan KOMINFO Learning Center serta fasilitator untuk persiapan Membangun Rumah Tangga KAJ; Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik RI; Ketua Umum Alumni Katolik UI; Koordinator Sinergi Perempuan Indonesia (Kumpulan Organisasi Perempuan Lintas Iman dan Profesi). Memperoleh penghargaan Indonesian Wonder Woman 2014 dari Universitas Indonesia atas pengembangan Lab Minibanking (FISIP UI) dan Boursegame (MM FEB UI); Australia Awards Indonesia 2018 aspek Interfaith Women Leaders. Ia telah menulis 5 buku tentang komunikasi, kepemimpinan dan pengembangan diri terbitan Gramedia. Tergabung dalam Ikatan Alumni Lemhannas RI (PPRA LXIV/Ikal 64).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapa Sesama Kita?

25 Desember 2020   10:33 Diperbarui: 25 Desember 2020   10:35 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cenderakasih dari Gramedia Widiasarana Indonesia untuk peserta

"Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan mampu membalas kebaikan kita tetapi mereka juga sesama kita." (Lukas 14, 13)

Kutipan ayat Kitab Suci di atas dalam pikiran yang nakal mungkin terlalu berlebihan, artinya kita harus mengundang orang-orang "tidak penting" lalu bagaimana jadinya nanti perjamuan kita. Kita mengadakan perhelatan kan justru untuk dapat bertemu, canda ria atau mungkin mengambil peluang bisinis dari orang-orang yang kita kenal dan akan memberi benefit buat kita. Tetapi jika kita mau berpikir jernih, mereka itulah yang justru akan memberi arti lebih bagi kehidupan kita. Dalam arti martabat sebagai seorang manusia justru dilihat dari bagaimana kita dapat melakukan sesuatu bagi orang lain sekecil apapun itu tanpa berharap balasan.

Bagaimana kita dapat melakukannya? Kita kan manusia biasa bukan malaikat? Pertama, memiliki komitmen dan konsistensi terhadap keahlian atau bidang yang kita minati sudah mengarah kepada niat yang baik. Mencoba melepas ego dengan meletakkan posisi diri kepada orang yang kurang beruntung, adalah sebuah terobosan. 

Lalu, berani bertindak atas kata hati yang tidak melulu melihat pada kepentingan diri tetapi juga berpeduli pada kesulitan orang lain merupakan kemuliaan diri. Apakah sulit melakukannya? Pasti! Apakah mungkin dilakukan?.... 

Saya tak akan menjawabnya, tetapi ingin mengajak kita melihat karya-karya perempuan biasa, bukan seleb bukan juga tokoh masyarakat, yang telah berbagi tentang aktifitas mereka yang diangkat dalam sebuah webinar memeringati hari Ibu pada Sabtu, 19 Desember 2020 bertema PEREMPUAN PEJUANG KEADILAN. Saya mencoba mengambil benang merah dari peristiwa agung berdekatan di bulan Desember ini yaitu peringatan Hari Ibu dan Natal.

"Kita seharusnya tidak menunggu orang lain datang dan mengangkat suara kita. Kita harus melakukannya sendiri. Kita harus percaya pada diri kita sendiri." 

(Malala Yousafzai, peraih Nobel Perdamaian 2014)

Dalam pengantarnya, Mgr. Kornelius Sipayung OFM.Cap Moderator/Ketua Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) menekankan bahwa peringatan Hari Ibu menunjukkan bahwa perjuangan perempuan Indonesia telah menempuh jalan panjang guna mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara. 

Keberhasilan yang telah dicapai selama ini belumlah tuntas dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai, serta adil dan makmur. Kita masih perlu lebih peduli, berjuang dan bekerjasama lintas organisasi dan agama. Maka, kerjasama SGPP KWI dan Komunitas Muda ASRI bimbingan Romo Ignatius Ismartono, SJ dalam penyelenggaraan webinar ini sangatlah tepat.

Dalam berbagai forum internasional, Indonesia menekankan pentingnya peran perempuan dalam perdamaian dunia. Salah satu milestone dalam upaya ini adalah pertemuan menteri luar negeri perempuan pertama yang diadakan di Montreal, Kanada, pada 21 September 2018, yang dihadiri oleh Menlu Retno Marsudi. Topik mengenai mempromosikan perdamaian dan keamanan serta mengeliminasi kekerasan berbasis gender menjadi salah satu agenda penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun