Kehadiran buku ini juga menjadi salah satu bentuk kepedulian banyak pihak terhadap tumbuh-kembang sebuah keluarga yang baru terbentuk maupun yang sudah menjalani beberapa tahap, misal sebuah keluarga yang sudah sampai pada tahap keluarga pelepasan anak pertama yang menikah. Buku ini juga menjadi salah satu bentuk keprihatinan para penulis karena di jenjang studi psikologi dan konseling S1, S2, S3 walaupun banyak yang mengangkat topik keluarga, namun sedikit yang mengambil perspektif berdasarkan kearifan lokal.Â
Bahkan refrensi yang tersedia untuk menganalisis topik yang berkenaan dengan keluarga, masih berdasarkan 'kiblat' di luar Indonesia yang tentunya apabila digunakan dalam menganalisis fenomena berkaitan keluarga di Indonesia maka akan kurang tepat dan efektif. Buku ini juga diyakini dapat membantu para pasangan muda yang belum 'terlanjur' mengikatkan diri dalam pernikahan suci dalam memahami kearifan lokal si pacar. Hal ini dimaksudkan agar kelak ketika menikah kedua insan yang telah bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan akan mampu lebih toleransi terhadap perbedaan cara pikir, rasa, maupun berperilaku pasangannya. Dan ketika dalam detik-detik terakhir masa pacaran, baik dari pihak pria maupun perempuan, siap mengatakan secara tegas dan penuh kesadaran akan tanggungjawab : "Will you marry me, my darling?"
Ketika menelusuri latar belakang setiap penulis dari setiap bab dana tau sub-babnya, maka kita akan menemukan bahwa penulis yang ada belum tentu berasal dari kultur dan budaya (baca: kearifan lokal) yang ditulisnya.Â
Misalnya, Ayu Chandra Hamidah yang memiliki latar belakang pendidikan seni musik dan lahir di Gresik, mampu menelusuri "Kontraversi Adat Pernikahan Merariq dalam Budaya Suku Sasak, Lombok NTB". Menjadi sebuah tanggapan dari Kak Tina, Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, pada kegiatan bedah buku yang diselenggarakan oleh Pustakawan UGM pada 26 April 2018 lalu, sebagai berikut : "Besar kecenderungan bahwa penulis akan merasa cepat puas menelusuri kekayaan kearifan lokal yang ada dalam dalam wilayah penulis tersebut lahir.Â
Maka ketika seseorang yang berasal dari luar kearifan lokal yang ia telusuri, maka akan besar kecenderungannya mendalam dan objektif. Dikarenakan buku ini membahas kearifan lokal nusantara, baiknya di cetakan tahun kedua disertai ulasan dari antropolog atau budayawan nusantara. Hal ini diperlukan guna menguatkan tulisan dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap ulasan. Jangan sampai yang terjadi adalah ada pihak tertentu yang mengklaim bahwa kajian budaya atau kearifan lokal yang tertulis pada buku ini adalah tidak benar bahkan dirasa mengada-ada.
Judul      : Psikologi Perkawinan dan Keluarga: Penguatan Keluarga di Era Digital Berbasis Kearifan Lokal
Penulis    : Prof. Tina Afiatin, dan kawan-kawan
Penerbit   : Kanisius, 2018
Tebal      : 488 halaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H