Mohon tunggu...
Matheo Xavier
Matheo Xavier Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

What is your favorite season?.... Awards....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Dunia Fashion Mati?

22 November 2024   21:50 Diperbarui: 22 November 2024   22:02 1886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia fashion, dengan segala dinamika dan daya tariknya, telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Setiap era membawa gaya yang mencerminkan budaya, nilai, dan aspirasi zaman itu. Namun, di era modern, muncul anggapan bahwa dunia fashion telah kehilangan daya inovasinya, menyebabkan banyak orang bertanya-tanya: Apakah dunia fashion mati? 

Istilah "mati" dalam hal ini tidak merujuk pada kehancuran industri, tetapi pada stagnasi kreativitas, di mana inovasi yang dihasilkan lebih sering merupakan repetisi dari koleksi lama daripada sesuatu yang benar-benar baru.

Repetisi dalam Dunia Fashion: Sebuah Keharusan atau Kebuntuan?

Dalam beberapa tahun terakhir, repetisi tren menjadi fenomena yang semakin kentara. Misalnya, gaya tahun 90-an, seperti crop top, celana jeans longgar, dan aksesori neon, kembali merajai pasar fashion. Tren Y2K, yang membawa kembali estetika awal 2000-an, juga mendominasi koleksi desainer dan merek ternama. Bagi sebagian orang, kembalinya gaya-gaya ini menandakan kehabisan ide di kalangan desainer namun, ada alasan mengapa repetisi ini terus terjadi.

Repetisi dalam fashion sering kali dipengaruhi oleh nostalgia konsumen. Generasi muda yang tumbuh di era tertentu merasa terhubung dengan gaya yang mereka anggap merepresentasikan masa kecil atau remaja mereka. Ini membuat merek-merek besar lebih memilih untuk menghadirkan kembali koleksi lama karena mereka tahu bahwa ini akan menarik perhatian pasar. Di sisi lain, repetisi juga bisa menjadi strategi bisnis yang aman. 

Dengan menghidupkan kembali tren yang sudah terbukti populer, risiko kegagalan komersial menjadi lebih kecil.

Dampak pada Inovasi dan Kreativitas

Siklus berulang dalam fashion memunculkan pertanyaan tentang masa depan inovasi. Apakah desainer masih mampu menciptakan sesuatu yang orisinal, atau apakah siklus ini akan terus berputar tanpa arah baru? Dalam beberapa kasus, repetisi dapat membatasi ruang bagi inovasi radikal, karena tekanan pasar mendorong desainer untuk tetap berpegang pada formula yang aman.

Namun, di sisi lain, inovasi tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Banyak desainer memanfaatkan tren lama sebagai dasar untuk eksperimen baru. Contohnya adalah bagaimana teknologi modern, seperti pencetakan 3D dan material ramah lingkungan, mulai digunakan untuk menghidupkan kembali gaya klasik dengan sentuhan futuristik. 

Ini membuktikan bahwa meskipun elemen-elemen tertentu berasal dari masa lalu, interpretasi baru dapat menghasilkan sesuatu yang segar dan relevan dengan kebutuhan masa kini.

Fashion dalam Era Kesadaran Lingkungan

Salah satu faktor penting yang memengaruhi dunia fashion saat ini adalah meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari industri ini. Mode cepat (fast fashion), yang memproduksi pakaian dalam jumlah besar dengan harga murah, telah menimbulkan masalah serius, termasuk limbah tekstil yang tidak terurai dan emisi karbon yang tinggi. Dalam konteks ini, repetisi desain lama sering kali dilihat sebagai upaya untuk mengurangi limbah dan mempromosikan keberlanjutan.

Merek-merek fashion kini mulai fokus pada upcycling (mengolah kembali pakaian lama menjadi baru), penggunaan bahan daur ulang, dan menciptakan koleksi kapsul yang mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Ini menunjukkan bahwa repetisi tidak selalu berarti kekurangan ide, melainkan bisa menjadi bentuk inovasi yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Masa Depan Fashion: Mati atau Berevolusi?

Meskipun repetisi tren dapat memberikan kesan stagnasi, dunia fashion sebenarnya sedang berada dalam fase transformasi. Di satu sisi, ada tekanan untuk menciptakan sesuatu yang segar dan inovatif. Di sisi lain, ada tuntutan untuk mengadaptasi mode dengan kebutuhan lingkungan dan sosial saat ini.

Dunia fashion juga terus mencari inspirasi dari teknologi. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam desain pakaian, aplikasi augmented reality (AR) untuk mencoba pakaian secara virtual, dan material futuristik yang ramah lingkungan adalah beberapa contoh bagaimana industri ini mencoba bergerak maju.

Jadi, apakah dunia fashion mati? Jawabannya adalah tidak. Dunia fashion tidak mati, tetapi ia sedang mencari arah baru untuk bertahan dan relevan. Di tengah tantangan dan perubahan, fashion tetap menjadi sarana ekspresi diri yang tidak akan pernah sepenuhnya hilang. Yang berubah adalah bagaimana kita memandang, menciptakan, dan menggunakan fashion sebagai bagian dari kehidupan modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun