Mohon tunggu...
Basirotul Hidayah
Basirotul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa ITSNU Pasuruan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa ITSNU Pasuruan, Prodi Pendidikan matematika 2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan Pendidikan Pesantren dalam Membentuk Masyarakat Madani

26 Juni 2020   16:42 Diperbarui: 26 Juni 2020   16:43 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rahadjo (1982 : 208) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa sejak awal pertumbuhannya, pesantren memiliki bentuk yang beragam sehingga tidak ada suatu standarisasi khusus yang berlaku bagi pesantren. Selanjutnya Dhofier (1982) mengemukakan tiga ciri yang pada umumnya dimiliki pesantren:

  • Pesantren menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sama, yaitu ketakwaan sebagai nilai utama. Nilai ini selanjutnya akan dijabarkan kedalam nilai-nilai yang lebih spesifik, seperti keikhlasan, kebersamaan, kesederhanaan, dan perubahan atau pembaharuan.
  • kiai adalah orang yang umumnya tergolong mampu secara ekonomis di lingkunganya, sehingga tidak mengherankan jika dia mampu membiayai sendiri kebutuhan hidup dan pesantrennya tanpa harus tergantung pada pihak lain.
  • Prestise dan kharisma yang dimiliki kiai memungkinkan untuk memperoleh informasi yang luas, termasuk akses pada sumber keunangan untuk pembiayaan  berbagai kebutuhan dalam pengelolaan pesantren.

Identitas pesantren yang awal perkembangannya merupakan sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama islam, kini identitas itu mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan masyarakat. Meskipun demikian, pergeseran yang dialami pesantren sama sekali tidak menjadikannya tercerabut dari akar kulturalnya.

2. Masyarakat Madani ( Civil Society )

Civil society dalam bahasa Indonesia adalah masyarakat madani. Kata civil berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei  yang artinya kota ilahi dan society yang berarti masyarakat. Kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota. Yakni masyarakat yang telah berperadaban maju. Masyarakat madani mempunyai cirri-ciri yang khas yaitu kemajemukan budaya (multicultural), hubungan timbale balik (reprocity) dan sikap saling memahami dan menghargai. Masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan pro-demokrasi, karena ia mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas dan bertamaddun (civility).

Analisa:

1. Peran Pesantren

Istilah pesantren secara etimologi asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren. Sedangkan secara terminologi pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam.

Pengertian pesantren terdapat berbagai fariasinya, oleh karena itu definisi bahwa pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam, di dalamnya terdapat santri, kyai, dan tempat mengaji (Masjid atau asrama). Dengan demikian peran pesantren adalah bagaimana lembaga tersebut ikut serta, mewarnai dan bahkan membentuk suatu tatanan sosial sesuai dengan apa yang diinginkan.

2. Pembentukan Masyarakat Madani

Syafi'i Ma'arif mendefinisikan bahwa secara filosofis masyarakat madani itu adalah sebuah masyarakat terbuka yang ditegakkan atas landasan nilai-nilai etika-moral transendental yang bersumber dari Doktrin langit. Sedangkan Dawam Raharjo memaknai masyarakat madani sebagai masyarakat yang bermoral, yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kesetabilan masyarakat, masyarakat yang mampu mendorong daya usaha dan inisiatif individu. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditemukan ciri-ciri masyarakat madani yang meliputi: Kemandirian, keswadayaan, kesukarelaan, keswasembadaan, dan keterikatan dengan norma atau nilai.

Di samping itu, nilai-nilai persamaan, keterbukaan, partisipasi dan toleransi. Masyarakat madani yang diinginkan di sini adalah merujuk kepada masyarakat ideal di (kota) Madinah yang dibangun Muhammad SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun