Mohon tunggu...
Mateus Hubertus Bheri
Mateus Hubertus Bheri Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Itu Seni

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruang Gelap di Balik Perhelatan Pilkada Serentak 2024

15 April 2024   15:31 Diperbarui: 15 April 2024   15:37 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila ini dilakukan secara terus menerus, betul apa yang dikatakan Beny K Harman "ancaman terbesar untuk demokrasi Indonesia sekarang ini adalah nggak ada uang nggak ada suara". Padahal yang kita butuhkan di Pilkada adalah bukan saja memilih yang terbaik, tetapi dari Pilkada juga kita dapat mencegah orang jahat untuk berkuasa.

Nah, yang menjadi pertanyaan, untuk dijadikan refleksi bersama, apakah cara demikian yang mau kita wariskan kepada generasi berikutnya?

Dahulu kala, nenek moyang kita telah mewariskan sebuah nilai perjuangan yang luhur dan tulus tanpa pamrih. Mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah dengan mengorbankan nyawa mereka. Tak sedikit pun terbersit dalam hati dan pikiran mereka akan jabatan ataupun kekuasaa kelak akan mereka dapat.

Itulah yang di maksud dengan seorang negarawan sejati. Ia tidak mengejar kekuasaan semata melainkan kehadiran dalam kontestasi Pilkada dapat memberikan warna baru, pengetahuan baru (nilai positif) dalam kanca perpolitikan di indonesia demi kemajuan demokrasi kearah yang lebih baik.

Dalam Pilkada ini, kita juga akan berhadapan dengan para buzzer yang mendistorsi semua informasi. Para buzzer ini sengaja diciptakan untuk menjatuhkan lawan politik. Menjamurnya buzzer di media sosial mengisi ruang gelap perhelatan Pilkada serentak 2024.

Dengan menggunakan akun anonim, mereka dengan mudah menyerang lawan politik secara membabi buta. Aneh bin ajaib masyarakat tergadang mudah terbius dan terhasut oleh informasi palsu yang disebarkan tanpa mengkonfirmasi kembali para pihak yang disudutkan.

Saat ini, kita perlu membangun sebuah semangat baru dalam berdemokrasi. Semangat untuk selalu mengedukasi kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan, agar mimilih sikap diam terhadap buzzer.  Diam untuk tidak memberikan tanggapan atau komentar. Diam untuk tidak berteman dengan para buzzer.

Selain sikap diam, kita pula harus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dengan cara mensosialisasi tentang Pemilu dan demokrasi sehingga ruang-ruang gelap tak muncul kembali dalam setiap pesta demokrasi rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun