Stigma itulah yang merasuki setiap hati dan sanubari sang pemegang kedaulatan tertinggi. Inilah yang makin menyulitkan setiap calon legislatif pemula untuk berkompetisi dalam kontestasi pemilihan legislatif. Selain bertemu dengan pemilih yang bersikap apatis dengan Pemilu. Mereka juga harus berhadapan dengan incumbent yang memiliki modal politik yang sudah mapan.
Berangkat dari realitas ini akan semakin sulit bagi Caleg pemula untuk tampil kepermukaan.  Sepertinya harapan untuk lolos dan terpilih menjadi legislator sangat kecil. Maka  rasa pesimis itu akan muncul, dan akhirnya, ibarat kata belum memasuki medan pertarungan yang sesungguhnya sudah memilih mundur dari gelanggang oleh bakal calon itu.
Mencari Caleg Petarung
Kegagalan bagi seorang caleg pemula untuk lolos menjadi seorang legislator dikarenakan belum mampu memetakan kekuatan basisnya. Caleg pemula harus tahu persis di mana dan berapa dukungan mayoritas pemilih untuk dirinya. Jangan sampai dirinya maju dalam kontestasi Pileg hanya untuk memenuhi kuota bagi partai politik dalam suatu daerah pemilihan (Dapil).
Kekuatan basis dapat diketahui manakalah sang caleg perlu melakukan survey kecil. Survey ini dimaksud untuk mengetahui secara persis, dukungan sementara dari akar rumput kepadanya dan itu menjadi rujukan awal dalam menentukan sikap politik, maju dan menjadi petarung atau keluar dari arena pertarungan.
Dari survey pula, minimalnya sang caleg pemula menerima gambaran, bagaimana dan strategi apa yang harus dilakukan oleh seorang caleg dalam memenangkan hati rakyat. Sang caleg harus pandai mensiasati materi kampanye yang mau disampaikan saat kampanye sesuai dengan kondisi riil dan kebutuhan masyarakat akar rumput.
Paling tidak, kegundahan, harapan, cita-cita dari masyarakat akar rumput yang selama ini terpendam, minimalnya dengan kehadiran sang caleg dapat memberikan angin segar dan membangkitkan kembali hasrat dalam diri pemilih yang telah sirna. Hasrat yang selama ini terkubur dan tersimpan manis di dalam diri hati rakyat.
Hasrat untuk mendapatkan penghidupan yang layak, hasrat mendapat perhatian pembangunan infrastruktur jalan, hasrat mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai dan biaya sekolah gratis, dan mungkin hasrat bisa mengakses jaringan listrik dan telkomsel karena selama ini desa ataupun wilayah tempat mereka tinggal selalu di anak tirikan.
Semua hasrat itu perlu di jawab dan disampaikan oleh caleg agar mereka keluar dari kemelut kehidupan dengan menghirup udara segar kemerdekaan. Merdeka dari segala kemiskinan, merdeka dari sarana prasarana pendidikan yang serba kekurangan. Merdeka pula dari segala keterbelakangan dalam berbagai informasi.
Sang Caleg minimalnya harus membangkitkan kembali semua mimpi-mimpi itu, agar rakyat tidak larut dalam keputusasaan akibat kondisi sosial yang selalu menjerat mereka untuk sulit bangkit. Itulah pentingnya bagi seorang caleg pemula sebelum turun harus melakukan survey, tidak sekedar mengetahui kekuatan basis dukungan rakyat terhadap dirinya, lebih dari itu, ia mendapat gambaran terhadap persolan yang dihadapi rakyat. Dari itu, dirinya bisa menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Semua cara, Â semua strategis harus di pakai oleh seorang Caleg pemula. Ia harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk memenangkan kompetisi tersebut. Karena seorang petarung sejati, tak pernah mengenal kata putus asa. Petarung sejati juga tak pernah mundur dari arena pertarungan. Tak ada kata menyerah dalam kamus seorang petarung.Â