"Brainrot" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang dikembangkan melalui konsumsi media yang berlebihan, terutama di kalangan anak muda. Istilah ini telah dipopulerkan di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Youtube yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana anak tercuci otaknya dari pengaruh konten yang mereka lihat di platform tersebut. Terdapat kontroversi seputar "Brainrot" yang menimbulkan perdebatan, apakah masalah dari fenomena ini berpengaruh pada generasi muda kedepannya .
Anak-anak muda termasuk Indonesia saat ini cenderung mengalami adiksi dalam penggunaan gawai karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama, kemajuan teknologi yang pesat telah membuat gawai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, menyediakan layanan informasi dan hiburan yang mudah diakses. Kedua, kurangnya kesadaran orang tua terhadap dampak negatif penggunaan media sosial pada anak-anak telah memungkinkan anak-anak kecil terpapar pada gawai sejak usia saat dini.
Beberapa orang berpendapat bahwa "Brainrot" hanya menjadi bagian dari budaya anak-anak muda yang tidak memiliki dampak signifikan pada perkembangan mereka. Sebagian berpendapat "Brainrot" memiliki efek negatif pada generasi muda, seperti daya konsentrasi yang saat ini berkurang pesat.
Dampak yang paling kontroversial dari video durasi pendek adalah daya konsentrasi yang berkurang. Menurut penelitian dokter dan psikolog, menonton video berdurasi pendek secara berlebihan dapat mengurangi daya ingat dan konsentrasi seseorang. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa terlalu sering terpapar pada video-video pendek dapat mempengaruhinya kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian pada konten yang lebih panjang. Otak yang terbiasa dengan durasi video yang pendek akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi saat kembali ke konten yang membutuhkan fokus yang lebih lama. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kemampuan fokus otak dan mempengaruhi daya konsentrasi secara keseluruhan. Hal ini bisa terlihat dengan banyak sekali anak muda dalam pelajaran yang berkaitan dengan menghitung, membaca, dan berbicara menjadi tidak normal untuk usianya.
Jika tidak dilakukan tindakan apapun terkait dengan fenomena "Brainrot" dan adiksi terhadap media di kalangan anak muda, kemungkinan akan terjadi peningkatan masalah dalam perkembangan sosial dan emosional anak-anak muda di masa depan. Tanpa intervensi dengan masalah ini, kemampuan konsentrasi dan daya ingat anak-anak mungkin terus menurun. Ini dapat berdampak negatif pada prestasi akademis mereka, mempersulit mereka dalam memahami dan menyerap informasi yang lebih kompleks di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, di mana adiksi terhadap gawai sudah menjadi masalah yang signifikan di kalangan anak-anak muda, tidak adanya tindakan untuk mengatasi hal ini dapat menyebabkan peningkatan masalah kesehatan mental, penurunan produktivitas, dan kesenjangan dalam kesempatan pendidikan dan pekerjaan di antara generasi muda.
Kesimpulannya, tanpa tindakan yang tepat untuk mengatasi "Brainrot" dan adiksi terhadap media di kalangan anak muda, dapat diantisipasi bahwa generasi mendatang akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hal kesehatan mental, keterampilan akademis, dan keterampilan sosial, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, tindakan preventif dan intervensi yang tepat sangat penting untuk dilakukan segera.
SUMBER REFERENSI
[1] https://www.kompas.id/baca/muda/2024/03/05/hobi-tonton-video-pendek-anak-muda-jadi-susah-fokus
[2] https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/3360/1521
[4] https://www.uinsaid.ac.id/id/tiktok-merusak-akhlak-generasi-muda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H