[caption id="attachment_271419" align="aligncenter" width="450" caption="Despicable Me 2 (sumber: http://wpc.556e.edgecastcdn.net/80556E/img.site/PHF5kVHWz7VEJK_2_m.jpg)"][/caption] Entah sudah kehilangan ide atau bahan cerita, sepertinya Production House yang memproduksi film-film animasi beberapa tahun belakangan ini lebih sering mengeluarkan prekuel atau sekuel dari film-film sukses mereka masing-masing. Tidak hanya untuk produksi film-film animasi saja sih, tapi juga untuk film-film fiksi lainnya. Kalaupun ada kisah yang original, penggarapannya pun tidak lebih baik. Membuat prekuel atau sekuel dari sebuah film yang sudah sukses sebenarnya sulit. Karena penonton pasti mempunyai harapan lebih kalau prekuel atau sekuel dari film tersebut bisa lebih bagus, setidaknya dari segi cerita. Tentunya dengan mengambil keputusan untuk membuat prekuel atau sekuel ada pertaruhan yang terjadi. Paling besar adalah segi pemasukan dari tiket yang terjual di bioskop-bioskop seluruh dunia. Illumination Entertainment baru saja meluncurkan film terbaru mereka berjudul "Despicable Me 2" ke jaringan bioskop seluruh dunia. Di Indonesia film petualangan terbaru Gru bersama ketiga anak gadisnya ini baru diputar di jam penayangan midnight mulai kemarin malam. "Despicable Me 2" bercerita tentang Gru yang ditawarkan bekerja sebagai mata-mata oleh sebuah organisasi pemerintah bernama Anti-Villain League untuk menangkap seorang penjahat yang mengusik ketenangan dunia. Gru, mantan penjahat yang kini mendedikasikan hidupnya untuk kebahagiaan ketiga putrinya, Margo, Edith dan Agnes awalnya menolak tawaran tersebut. Tapi rasa petualangnya yang masih besar membuat Gru mengambil tawaran Anti-Villain League tersebut. Apalagi keinginannya ini sudah mendapat restu dari ketiga putrinya. 30 menit pertama film ini cukup menghibur. Hal ini dikarenakan pemunculan karakter lovable minions yang dicintai para penontonnya lebih sering dibanding film pertamanya. Tapi setelah 30 menit film ini berlalu, alur cerita film ini seperti kehilangan arah. Banyaknya subplot membuat plot utama cerita film ini terlihat kabur. Terlalu kuatnya karakter minions seperti membuat peran Gru disini tidak menjadi menarik. Jujur, saya menonton film ini hanya untuk melepas kerinduan terhadap para minions yang menggelikan itu. Belum lagi dengan celetukan-celetukan polos Agnes kecil yang membuat aaawww moment penonton, semakin membuat karakter Gru tenggelam. Banyaknya subplot, kuatnya karakter minions, dan kepolosan Agnes adalah hal-hal yang membuat film ini tidak lebih baik dari film pertamanya dikarenakan membuat karakter Gru tenggelam. Tujuan akhir Gru yang tidak jelas juga membuat film sekuel ini kehilangan arah berceritanya. Padahal teori umum dalam sebuah skenario film adalah, "a movie is usually about a man character with a problem who engages in an activity with stakes hanging in balance.". Kalau karakter utamanya saja tidak mempunyai masalah yang cukup besar dan tidak ada pertaruhan yang tinggi, apalagi yang diharapkan? RATING: 7/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H