Mohon tunggu...
Matawam
Matawam Mohon Tunggu... Seniman - Medioker Profesional

Penikmat musik, pecinta film, penggemar seni, penggila sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamatkan Film Indonesia!

29 April 2014   22:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:03 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Beragam Judul Film Indonesia (SUMBER: https://bincangmedia.files.wordpress.com/2012/03/film-indonesia2.jpg)"][/caption] Sekitar satu bulan yang lalu, seorang kritikus mengkritik tajam sebuah film Indonesia yang beredar belum lama ini. Untuk pertamakalinya, saya membaca kritikus lokal menulis kritik setajam itu di sebuah media yang namanya cukup besar di Indonesia. Tulisannya itu lalu saya capture dan saya unggah ke dalam kolom foto jejaring sosial media milik saya. Reaksi yang teman-teman saya berikan paling banyak merasa sedih dan kaget (sama seperti saya) ketika membaca tulisan di foto yang saya unggah tersebut. Lalu seorang kerabat memberi komentar yang membuka mata saya. Ia bilang kalau kritiknya itu justru memberi citra buruk kepada film Indonesia dan membuat film Indonesia semakin terpuruk. Saya tidak bisa berkomentar apa-apa. Karena menurut saya, seorang kritikus tentu berhak menulis apa pun menurut ilmu dan pengalaman yang orang itu dapat sesuai dengan bidang yang kritikus itu pahami. Sebelum kejadian diatas, seorang teman saya yang bekerja di media menulis di kolom social medianya, kantornya melakukan poling mengenai kekuatan sebuah review dan kritik film untuk para penonton film sebelum mereka menonton sebuah film. Hasilnya, 64% orang akan menonton sebuah film apabila review film yang ditulis itu bagus. Dari situ, timbul pertanyaan dalam benak saya, “penonton lokal banyak kecewa dengan film Indonesia. Hampir 90% review untuk film Indonesia tidak lah bagus. 64% orang percaya dengan review. Kalau review sebuah film Indonesia jelek, berarti penontonnya semakin sedikit? Kalau penonton sedikit, siapa yang akan menonton film Indonesia? Lalu kalau sudah begini bagaimana menyelamatkan film Indonesia?” Saya adalah penganut paham bahwa tidak ada satu film pun yang pantas untuk dikategorikan ke dalam film yang jelek atau yang film yang bagus. Karena buat saya, film itu masalah selera. Dan selera dari masing-masing orang pasti berbeda. Dan film-film Indonesia yang beredar kebanyakan adalah film-film yang katanya menuruti apa kemauan pasar. Selera pasar yang mana? Sementara masing-masing penonton seleranya berbeda-beda. Saya percaya kalau pasar itu bisa dirubah dan bukan para pembuat film yang mengikuti pasar, tapi pasar yang mengikuti para pembuat film. Kenapa? karena dengan tema yang beragam, maka selera penonton yang beragam pun bisa dipenuhi juga. Dan tentunya untuk mengubah hal ini pun perlu dukungan dari banyak pihak. Dari produser, kru film sampai pemerintah. Produser mulai menyaring ide-ide dan cerita-cerita yang masuk ke Production House-nya. Tidak ada lagi ide atau cerita “gorengan”, dimana kalau satu tema laku, maka film-film yang beredar di bioskop ceritanya sama semua. Pemerintah yang harus segera menjadikan film sebagai industri di Indonesia dengan aturan dan sistem yang jelas. Dengan begini, bukan tidak mungkin industri film Indonesia bisa lebih maju dibanding sekarang. Industri film yang maju, cerita yang beragam, teknologi yang semakin berkembang, bukan tidak mungkin penonton film Indonesia juga akan semakin banyak. Insya Allah kalau sudah begini, penonton film Indonesia tidak kalah banyak dengan penonton film-film Hollywood. Tapi ini hanya mimpi belaka. Pada prosesnya tentu tidak semudah saya mengetik tulisan ini. Tapi kan tidak ada salahnya bermimpi kalau suatu hari film Indonesia bisa lebih maju lagi dari sekarang. Tapi kapan ya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun