Akhir tahun 2013, saya jadi fasilitator kegiatan camping untuk salah satu sekolah swasta di Kota Bandung. Karena ini, saya harus dateng ke sekilahnya untuk ngurus beberapa hal. Dan fakta yang saya liat, muridnya ga pake seragam. Mereka sekolah dengan seragam bebas, walau kadang mereka pake di hari-hari atau agenda tertentu. Tapi intinya mereka bisa sekolah tanpa seragam, mereka juga bisa nentuin standar pakaian sopan untuk di pakai ke sekolah. Masalah kepintaran, mereka pintar, cerdas, kritis. Ga pake seragam ga buat mereka bodoh.
Ada yang bilang ke saya, kalau seragam ini sebagai penetralisir agar anak miskin dan kaya terlihat sama. Apa efektif? Bukannya lebih efektif jika memperbaikin pola fikir anak kaya agar tidak meyombongkan diri dengan pakaian mereka, dan anak miskin bisa menguatkan diri dan berlapang dada agar bisa menyikapi perbedaan dengan bijaksana? Ini akan lebih efektif.
Fakta lain, kadang seragam menjadi permainan oknum guru, sama seperti buku. Koperasi sekolah juga digunakan sebagai lahan bisnis oknum-oknum guru. Dari tiap lembar seraga dan 1 eksemplar buku, mereka mendapat keuntungan + bonus dari produsen jika barang terjual dalam jumlah banyak. Kenapa bukan berjuang agar buku atau seraga ini bisa di dapat siswa dengan harga semurah mungkin?
Akhirnya, seberapa besar peran seragam sekolah terhadap kecerdasan anak bangsa? Atau saya rubah, seberapa besar peran seragam sekolah terhadap putusnya sekolah anak bangsa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H