Mohon tunggu...
Gilang Mahadika
Gilang Mahadika Mohon Tunggu... Penulis - Social researcher

Graduate Fellow ARI-NUS (Asia Research Institute, National University of Singapore), AGSF (Asian Graduate Students Forum) 2021| Anthropology | Interested in Southeast Asian Studies

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peninggalan Tambang dan Kemungkinan Hidup di Tengah Kerusakan Alam

12 Mei 2020   03:53 Diperbarui: 12 Mei 2020   04:56 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telaga Batu Arang (TBA) di lahan paska tambang KPC (Februari, 2019)
Telaga Batu Arang (TBA) di lahan paska tambang KPC (Februari, 2019)

Kita juga seringkali memeroleh banyak berita atau informasi mengenai lubang galian tambang dari suatu perusahaan yang merenggut nyawa banyak orang. Atas dasar itu, perusahaan KPC tetap menutup area TBA ini hingga manajemen dan fasilitas publik diyakini dapat memenuhi kriteria agar lahan paska tambang tersebut dapat diakses oleh khalayak umum. Telaga Batu Arang (TBA) dibandingkan dengan PESAT, daerah lahan paska tambang tersebut telah memeroleh exemption (pengecualian) karena diyakini telah aman untuk diakses oleh publik keluar-masuk daerah lahan-paska tambang.

TBA ini lebih ketat daripada peraturan yang ada di PESAT. PESAT itu siapapun boleh masuk, sekarang, karena perizinannya itu disebutnya exemption (pengecualian). Jadi, area bekas tambang boleh di-excemption oleh masyarakat, dengan tujuan tidak ada potensi yang berbahaya bagi masyarakat yang berkunjung", jelas Pak Rangga (12/02/2019) 

Dari sini kita dapat berefleksi bahwa di tengah kerusakan lahan yang dihasilkan dari industri pertambangan, kita masih dapat mencari sebuah kemakmuran dalam kerusakan lingkungan akibat kapitalisme. Sebuah pemanfaatan kembali lahan-paska tambang ini bisa menjadi alasan adanya harapan baru, babak kehidupan baru, menghapus pandangan masa depan distopia. Lahan paska tambang menjadi penting untuk dipertimbangkan terutama tidak hanya sebagai rencana strategis korporasi dengan CSR (Corporate Social Responsibility), namun juga menyimpan kemungkinan hidup bagi masyarakat di tengah kehancuran akibat industrialisme pertambangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun