Mohon tunggu...
Qiu Mattane Lao
Qiu Mattane Lao Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Film & literature enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

10 Hari Travelling di Eropa: Bagian I (Masa Persiapan)

22 Desember 2015   15:30 Diperbarui: 22 Desember 2015   18:21 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa Persiapan

Sejak bayi, aku memang sering berpergian. Aku mengetahuinya dari foto-foto dan video rekaman yang orang tuaku simpan. Aku sudah menjadi petualang (berlebihan, ya) sejak aku berumur 4 bulan, dan sejak pengalaman itu aku juga mulai sering berpergian.

[caption caption="Di depan Konter Lion Air (tempat yang sama dengan dibuku yang kupegang)"][/caption]

Saat aku masih berumur 5 tahun, untuk pertama kalinya aku pergi terbang ke Jakarta sendirian, tanpa ditemani siapapun (baca Terbang Untuk Pertama Kalinya di http://www.kompasiana.com/matanlo/terbang-sendiri-untuk-pertama-kalinya_55edb0d62023bd2c0df4fde0). Aku pergi ke Jakarta untuk berlibur kerumah nenekku. Aku terpaksa terbang sendirian karena adikku baru lahir sehingga bunda tidak bisa menemaniku, sedangkan ayahku kerja ke Yogyakarta. Aku pergi ke bandara bersama ayahku namun dengan tujuan yang berbeda. Ayahku pergi ke Yogyakarta sedangkan aku pergi ke Jakarta.

Meski aku sudah sering travelling, aku belum pernah pergi ke luar negeri. 99% dikelasku sudah pernah ke luar negeri. Mengapa 99%? Karena 1% adalah aku, dan aku belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya. Emily, sahabat baikku sudah pernah pergi ke Thailand dan ke Singapura saat liburan. Hanya aku yang belum pernah ke luar negeri. Sebenarnya, aku juga sering iri.

Hari kamis, tanggal 8 April 2014 kemarin, sepulang sekolah Bunda membawa kabar yang sangat membahagiakan aku. Nenekku mengajak aku dan bundaku untuk pergi ke Eropa. Di Eropa kami akan mengunjungi 9 negara yaitu; Paris, Belgia, Belanda, Jerman, Lichstenstein, Austria, Swiss, Italia, dan Vatican. Wah, aku senang bukan main. Aku melonjak-lonjak kegirangan, tapi karena takut disangka gila aku memberhentikan tingkahku yang aneh ini. Sesampainya dirumah, aku pun langsung browsing tempat-tempat yang akan aku kunjungi padahal aku baru berangkat 1 bulan lagi. Malamnya pun, aku bermimpi terbang ke Eropa-Hahahaha……

Hari Jum’at, 9 April 2014, mendaftarkanku untuk mendapatkan paspor di website dinas imigrasi. Mulai dari akte kelahiran, kartu keluarga sampai kartu nikah ayah dan bundaku. Semua di-scan dan dikirimkan. Saat itu juga aku langsung mendapat jadwal untuk wawancara dan pengambilan foto. Aku dapat jatah hari senin tanggal 12 April. Terus ayahku pergi ke BNI untuk membayar biaya pembuatan paspor sebesar 255 ribu rupiah.

Hari Senin, 12 April 2014 aku, bunda dan ayahku berangkat ke kantor imigrasi. Sebelumnya bunda juga sudah menelepon ke guru wali kelasku dan memberitahukan kalau aku akan datang terlambat. Aku akan datang terlambat karena aku harus menunggu ini-itu. Kalau saja hanya foto 1x saja, aku juga tidak akan datang terlambat. Masalahnya aku harus di scan dulu fingerprintsnya, menunggu entah apa yang aku tidak tahu, antri dan sebagainya.

Di kantor imigrasi, aku, bunda dan ayahku mengambil nomer antrian. Aku duduk di ruang tunggu dengan jantung berdegup kencang. Tiba-tiba namaku terdengar. Kepada om petugas kantor imigrasi, bunda menunjukkan dokumen-dokumen asli yang sebelumnya sudah di scan. Om petugas mencocokkan dokumen-dokumen itu. Lalu tidak lama kemudian namaku dipanggil. Aku dan kedua orang tuaku masuk ke ruangan untuk foto. Jari-jariku ditempelkan ke sebuah alat untuk mengambil foto sidik jariku. Dan kemudian aku difoto untuk dipasang di paspor, selesai. Om petugas bilang, pasporku boleh diambil tiga hari lagi.

[caption caption="Aku memasukkan tas untuk di-scan"]

[/caption]

Tiga hari kemudian ayah mengambil pasporku. Pulang sekolah aku sudah punya paspor dan besoknya langsung dikirimkan ke Jakarta untuk pengurusan visa. Aku akan berangkat ke Eropa tanggal 20 mei 2014. Aku sudah amat sangat tidak sabar. Setiap bangun aku selalu mengecek tanggal untuk tahu berapa hari lagi aku akan pergi.

Kesembilan negara yang akan aku kunjungi itu termasuk dalam negara-negara ‘Schengen’. Untuk masuk ke negara-negara itu. Aku cukup mengurus visa satu kali saja. Di kedutaan salah satu negara yang termasuk negara ‘Schengen’ itu. Karena aku akan berada paling lama di Italia. Visa ku diurus di kedutaan Italia. Yang mengurusnya adalah bunda, karena bunda mengurusnya saat aku sedang bersekolah.

Tapi untuk mengurus visa, nggak boleh di konsulat. Mengurusnya harus langsung ke kedutaan di Jakarta. Karena aku masih berumur 9 tahun. Aku masih terhitung di bawah umur. Untuk berpergian ke luar negeri, aku harus mendapat izin kedua orang tua. Dan yang akan diwawancarai di kedutaan juga orang tua, bukan aku. Karena itulah, untuk mengurus visa, ayahku dan bunda yang berangkat ke Jakarta. Aku tidak ikut.

Jantungku berdebar-debar menunggu visa- ku keluar. Aku terus berdoa supaya tidak ada halangan. Soalnya kata ayahku, sekarang mengurus visa ke Eropa itu sulit. Aku takut sekali tidak jadi pergi ke Eropa. Padahal aku sudah menanti-nantinya. Wah, aku akan sedih sekali bila tidak jadi pergi ke Eropa. Kerja kerasku untuk membuat teman-temanku mengerti mengapa aku sering datang terlambat sia-sia. Apalagi aku harus menjelaskan lagi pada mereka mengapa aku tidak jadi pergi. Bisa-bisa aku nanti memiliki banyak musuh hanya karena dikira aku itu pembohong.

Tanggal 16 Mei , pulang sekolah aku mendapat kabar visaku keluar. Lagi-lagi aku meloncat-loncat kegirangan, dan lagi-lagi aku berhenti karena takut dikira gila. Aku sangat nggak sabar menunggu liburan.
Setiap pulang sekolah, aku mempersiapkan perlengkapan yang aku bawa. Baju hangat, sarung tangan, topi dan sepatu semua sudah kumasukkan ke dalam koper.
[caption caption="Di manapun juga...baca...baca...baca"]

[/caption]

Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Tanggal 20 mei 2014, pagi. Aku berangkat ke Jakarta naik Lion Air. Aku diantarkan ayahku ke Bandara. Di Bandara, aku cukup lama menunggu boarding. Untungnya di sana ada toko buku ‘Books and Beyond’. Jadi aku tidak bosan, karena di sana ada banyak sekali buku menarik untuk dibaca. Dan karena lapar, aku dan Bunda mencari tempat makan yang murah. Ditempat makan aku melakukan kebiasaan burukku yaitu makan sambil mebaca buka yang sudah aku sudah siapkan semalam. Sesudah makan, aku dan bunda mencari gate kita. Sambil menunggu aku menyalakan ipad dan memainkan game yang baru aku download yaitu boo, sedangkan bunda memainkan iphone-nya. Sekitar, 30 menit kemudian nomor pesawat kami dipanggil.

Aku masuk ke pesawat sambil tersenyum girang. Sesampainya di pesawat, aku memasangakan sabuk pengaman ku dan langsung membuka buku favoritku yaitu The Hobbit karya J.R.R Tolkien. Saat sedang asyik-asyiknya membaca, kakak pramugari mengumumkan bahwa pesawat akan lepaslandas. Aku langsung menutup buku dan langsung berpegangan gagang tangan di pesawat. Ini adalah momen favoritku saat didalam pesawat. Kupingku terasa pengang, namaun tidak menjadi masalah bagiku karena aku akan pergi ke Eropa besok.

Aku menginap semalam di Jakarta, besoknya tanggal 21 Mei 2014 aku akan berangkat ke Eropa naik Singapore Airlines dengan transit, ganti pesawat di Singapura. Yes, semoga perjalananku berjalan lancar. Amin.`

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun