Mohon tunggu...
Qiu Mattane Lao
Qiu Mattane Lao Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Film & literature enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mendaki Kawah Ijen Bagian I

23 Juni 2015   13:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai makan siang dan sedikit bersenang-senang, kami melanjutkan perjalanan. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di pelabuhan penyeberangan Gilimanuk. Banyak sekali kapal penyeberangan di sana. Seumur hidup aku belum pernah melihat kapal sebanyak ini. Sebelumnya aku cuma melihat kapal di Pelabuhan Benoa dan pelabuhan Sunda Kelapa, tapi bentuknya tidak seperti ini.

Mobil kami langsung masuk ke perut Kapal, tapi penumpang tidak boleh berada di dalam mobil. Jadi kami semua turun dan oleh ayahku, aku diajak naik ke anjungan. Bagian lantai kapal yang paling tinggi. Dari sini aku bisa melihat kapal-kapal yang lalu lalang, pantai taman Nasional Bali Barat yang berpasir putih dan dilindungi.

Pulau Jawa terlihat sangat dekat, rasanya dengan berenang saja bisa sampai di sana.

Di bagian Pulau Jawa aku melihat ada gunung berapi yang menjulang, aku ingat ayahku pernah bilang kalau itu adalah puncak Gunung Merapi , tempat kawah Ijen berada. Namanya sama dengan Gunung Merapi yang ada di Jogja. Di kanan kirinya ada Gunung berapi yang lain, Gunung Raung dan Gunung Rante. Di kejauhan di bagian utara Pulau tampak Gunung Api Baluran, yang sering ditampilkan di acara-acara petualangan di TV karena pemandangannya yang unik, mirip padang rumput di Afrika.

Tidak lama setelah kami naik, kapal yang kami tumpangi bergerak membelah Selat Bali untuk menyeberang ke Pulau Jawa. Ini adalah pengalaman pertamaku naik kapal laut. Memang sebelumnya aku pernah naik kapal penyeberangan di Danau Toba, saat menyeberang dari Prapat ke Tomok dan Ambarita di Pulau Samosir, tapi di sana kapalnya terbuat dari kayu dan tidak sebesar ini. Saat kami menyeberang air lautnya tenang dan tidak bergelombang, jadi kapalnya juga tidak bergoyang. Berbeda sekali dengan kapal yang menyeberangkan kami di Danau Toba, yang bergoyang-goyang dihantam ombak dan membuatku mual.


Kapal-kapal menunggu sandar di pelabuhan Ketapang

Waktu yang dibutuhkan untuk menyeberang dari pulau Bali ke Jawa, hanya 30 menit. Yang lama justru kapal berhenti menunggu jatah merapat. Sebab karena begitu banyaknya kapal, dermaga yang ada di pelabuhan Ketapang tidak mampu menampung semua kapal dalam sekali waktu.

Setelah hampir sejam menunggu giliran akhirnya kami merapat ke pelabuhan Ketapang di Banyuwangi. Banyuwangi meskipun sangat dekat dengan Bali, tapi sangat berbeda. Di Banyuwangi tak ada pura, tak ada rumah dengan arsitektur khas Bali dengan Candi Bentar dan Kori. Sebaliknya, mesjid ada di mana-mana.

Dari Ketapang, kami langsung menuju Penginapan Ijen Resort, yang terletak di desa Randu Agung, kecamatan Licin. Jaraknya 45 menit perjalanan dari pelabuhan Ketapang. Di perjalanan kami mampir dulu di supermarket untuk membeli Pisang Sale khas Banyuwangi, kesukaan dua adik kembarku. Oleh-oleh yang sangat mereka wanti-wanti untuk kubawa.

Ijen Resort adalah sebuah Resort yang sangat Indah terletak di tengah persawahan desa Randu Agung yang menyatu dengan alam sekitarnya.


Ijen Resort, penginapan indah di tengah sawah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun