Mohon tunggu...
Syahrial Affandy
Syahrial Affandy Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aku adalah seorang hambaNya...yang diberikan hidup, rejeki, usia, keluarga, yang nanti akan aku kembalikan kepada yang memiliki semua..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meninggal Setelah Membaca Al-Qur'an

15 Juli 2015   10:03 Diperbarui: 15 Juli 2015   10:10 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bang Oom dengan cucunya"][/caption] Bang Oom adalah sosok seorang suami, ayah dan kakek yang baik bagi keluarganya, seorang pensiunan Depdagri dibagian Sandi Negara yang telah banyak mengalami asam garam kehidupan, semasa aktif di Departemen Dalam Negeri beliau adalah sosok seorang sahabat, kawan yang dihormati oleh teman-temannya, mulai dari pejabat, staf hingga cleaning service di kantornya, sosoknya yang cepat akrab dan mudah bergaul menjadikannya seorang yang sering dicari-cari oleh teman-temannya dikarenakan jika beliau tidak ada maka sunyilah suasana kantor, beliau biasa bercanda dengan teman-teman kantornya, sambil juga becandaan beliau di isi dengan dakwah agama yang orang mendengarnya tidak merasa di ajari atau merasa di ceramahi.

Beliau adalah orang pertama yang membangun pemancar radio SSS hampir di seluruh pelosok tanah air ini, saat bertugas di lapangan sejak tahun 1970an masuk hutan keluar hutan dari pelosok aceh hingga papua, walaupun dulu gaji seorang pegawai negeri boleh dibilang kecil, untuk ukuran saat itu tetapi dengan penuh tanggung jawab beliau tetap bekerja dengan semangat, karena prinsip beliau adalah bekerja karena Allah SWT, maka seberat apapun rintangan yang dihadapinya di lapangan tidak pernah dikeluhkan walaupun nyawa taruhannya.

Sosok Ayah dari 5 orang anak dikenal suka ceplas ceplos, maklum beliau adalah kelahiran Betawi asil di Johar Baru, dan beliau terkenal sebagai seorang tokoh masyarakat. Semasa kecilnya bang Oom sering tidur di masjid ketimbang di rumah, dari didikan kedua orang tuanyalah beliau bisa mengenal agama, dari usia muda beliau memang terlibat aktif didalam kegiatan-kegiatan keagamaan, dan seringkali beliau banyak mencari pengetahuan tentang ilmu agama ke beberapa guru / ustad di pelosok daerah.

Sebagai seorang yang berjiwa agamis, beliau selalu menerapkan kepada keluarganya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam setiap kajian-kajian agama yang beliau berikan, para ikhwan-ikhwan selalu diberikan penjelasan tentang "Hati" dari mana kita berasal dan mau kemana kita akan kembali, sebuah pemaknaan hidup bagi seorang manusia adalah kita harus selalu mengingat bahwa kita tidak mempunyai kuasa apa-apa, dari lahir hingga kita dewasa semua hanya milik Allah SWT, setiap manusia tidak boleh saling menyakiti, hidup ini adalah ruhnya Allah, beliau selalu bilang apa haknya kita menjelek2an orang lain, apa haknya kita menyakiti orang lain? kalau kita tau bahwa setiap orang itu memiliki ruh yang sama dari Rab yang sama maka kita mungkin tidak akan saling menyakiti apalagi membunuh.

Bang Oom selama hidupnya yang pernah dijalaninya seringkali mengalami hal-hal buruk yang dilakukan oleh orang yang tidak suka dengan beliau, baik dengan fitnah sampai dengan santet tetapi beliau selalu berhusnudzon kepada Allah SWT bahwa semua ini adalah ujian dan cobaan dari Allah SWT agar beliau bisa mencapai tingkat keimanan yang lebih tinggi lagi. Beliau tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakitinya, bahkan contoh yang Rasulullah SAW contohkan selalu beliau amalkan, Jangan balas kejahatan dengan kejahatan tetapi balaslah dengan kebaikan dan kasih sayang kepada orang yang menyakitimu.

Dalam perjalanan hidupnya beliau pernah dirawat di rumah sakit dikarenakan penyempitan jantung, dan harus dipasang 5 buah ring, beliau saat itu sudah pasrah kalau harus dipanggil oleh Allah saat itu.

Hal terakhir yang beliau lakukan adalah melakukan perubahan terhadap Masjid yang dulunya di kuasai oleh ormas, menjadi sebuah masjid milik umat / masyarakat, karena menurut beliau umat islam tidak boleh berkelompok-kelompok / Berfirqoh-firqoh, karena disitulah umat islam akan menjadi lemah karena di batasi oleh bendera-bendera kelompok.

Perjuangan beliau didalam memperjuangkan masjid telah berhasil membawa masjid tersebut menjadi milik umat / masyarkat, tanpa adanya lagi bendera-bendera ormas, saat itu beliau bersama teman-temannya telah banyak di fitnah disakiti oleh orang-orang yang tidak suka dengan cara beliau dalam meluruskan fitrahnya Masjid tersebut. Tetapi beliau tetap istiqomah dan tetap berbuat baik dengan orang-orang yang menyakitinya.

Beliau pernah punya cita-cita "Saya ingin meninggal di Masjid, saat sujud atau sedang membaca Al-Qur'an, itulah ucapan beliau yang pernah kami dengar. Dan beliau pernah menyampaikan kepada kami, "jangan bangga dengan anak dan cucumu yang bergelimang harta benda, tapi banggalah ketika anak dan cucumu semua sujud kepada Allah SWT".

Saat-saat terakhir

Mungkin Allah SWT telah menyiapkan semuanya dengan baik untuk sosok Bang Oom, seperti sudah diberi tahu bahwa umurnya tidak akan lama lagi di dunia ini, 3 Hari di Bulan Ramadhan 1436 H beliau sempat berceramah di masjid, dan dalam ceramahnya beliau mengatakan mungkin ini adalah ceramah saya yang pertama dan terakhir di masjid ini, dan beliau sempat juga mengirimkan sms permohonan maafnya dan memohon pamitan kepada seluruh saudara dan sahabat-sahabatnya.

Hari itu tanggal 11 Juli 2015 bertepatan dengan 24 Ramadhan 1436 H, saat beliau sehabis sholat subuh di masjid biasanya beliau berbincang-bincang dengan jamaah disana, setelah berbincang-bincang beliau turun ke aula bawa masjid, lalu menunaikan sholat Duha, setelah itu beliau membaca Al-Quran, saat itu orang-orang di masjid dan sekitar masjid mendengar beliau mengaji dengan suara yang keras sekali dan terdengar sambil menangis dengan sedihnya, lalu beliau berhenti sebentar lalu melanjutkan kembali bacaannya, hingga beliau menghentikan bacaanya, ketika selesai membaca beliau lalu beranjak untuk menaruh Mushaf Al-Qu'ran ke tempatnya, dan disitulah Allah SWT memanggil hambaNya yang selalu merindukan untuk bertemu denganNya pada usia ke 68, "Yaa Ayyatuhan Nafsul Mutmainnah, Irji'ii Ilaa Rabbiki Radhiyatan Mardhiyah, Fadkhulii fii Ibadii Wadkhulii Jannatii." (Wahai nafsul mutmainah (jiwa yang tenang), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.)

Selamat Jalan Bang Oom, perjuanganmu dan semangatmu untuk umat akan selalu kami kenang dan kami teruskan.

Jakarta, 11 Junli 2015/24 Ramadhan 1436 H.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun