Mohon tunggu...
Dwi Mukti Wibowo
Dwi Mukti Wibowo Mohon Tunggu... lainnya -

Mari kita bergandeng tangan untuk membantu mereka-mereka yang masih bisa kita tolong dan selamatkan masa depannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Joget Lansia

2 Desember 2014   00:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:18 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_339048" align="aligncenter" width="300" caption="Lansia bersiap berjoged di car free day @Thamrin (copyrights:DMW)"][/caption]

Pokoke joget, pokoke joget. Ser…ser….ser. Mereka terlarut dalam goyangan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka tak perduli, meskipun terik panas matahari makin menyengat kulitnya yang legam. Mereka juga tak perduli dengan tetesan keringat yang mulai menguras tenaganya. Mereka sadar, goyang inilah yang membuat hidup mereka bergairah - yang membuat semangat hidupnya berpijar kembali. Dengan bekal goyang, mereka kencangkan tali silaturahmi. “Mangan ora mangan kumpul” itulah seloroh mereka jika ditanya kenapa selalu hadir di acara yang digelar setiap minggu pagi di pojok gedung BI ini. Meski bukan jawaban yang tepat. Tapi dari tatap mata renta yang berbinar, tampak kebahagiaan yang mencuat - tak terucap. Mereka sebenarnya haus hiburan. Dengan bergoyang mereka dapat memarkirkan sementara persoalan hidupnya yang mungkin lebih terik dari sengatan matahari. Mereka terus bergoyang sampai penat mengistirahatkan gerakannya. Sebelum berpencar pulang menuju aktivitasnya masing mereka selalu membisikkan pesan : Jangan berhenti menghibur mereka. Biarkan usia yang mengistirahatkannya.

[caption id="attachment_339050" align="aligncenter" width="300" caption="Lansia berjoged (copyrights: DMW)"]

14174312502093084984
14174312502093084984
[/caption]

Gaplek pringkilan, tuek tuek podo jogetan. Itulah komentar anak cucu mereka jika melihat kakeknya lagi pada asyik bergoyang. Sang kakek mungkin sedang menikmati bahagianya. Bahagia yang tidak membutuhkan biaya, kecuali tenaga. Soal kostum, tak masalah apapun yang dipakainya, yang penting semangat goyangnya. Mereka yang datang seperti jalangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar, alias pulang sendiri-sendiri. Yang jelas, mereka yang datang hanya menyempatkan untuk bergoyang. Pada awalnya, mereka datang sebatas melihat penampilan the Golden Voice yang sedang melakukan pentas amal. Kemudian satu persatu mulai ikut bergoyang. Akhirnya, dari minggu ke minggu komunitas lansia itu mulai bertambah. Entah magnet apa yang membuat mereka datang, dan selalu goyang. Itu menjadi tak penting lagi kini. Saat musik mulai terdengar, mereka mulai mengambil jarak, dan kaki kaki mereka mulai bergerak gerak. Tak…tak….tak….ndang….ndang…..ndut. Lalu mereka akan merem melek seiring dengan gerakan gerakan kakinya. Disinilah mereka dapat menikmati sensasi goyangan yang mereka ciptakan sendiri. Goyangan yang tak mungkin mereka lakukan di rumahnya sendiri, atau dihadapan cucunya sendiri.

BIAR ABG TUA, YANG PENTING GAYA DAN BAHAGIA

[caption id="attachment_339051" align="aligncenter" width="300" caption="Mbah Mangun dan topi kebesarannya (copyrights: DMW)"]

14174313812123965469
14174313812123965469
[/caption]

Ini topi kebesaran mbah Mangun. Topi bikinan sendiri ini memang keren dengan tulisan “saya pelopor keselamatan berlalu lintas”. Simbahbukan duta lalu lintas, juga bukan duta institusi manapun. Ini hanya gaya gayaan saja. Ia hanya perduli, meski dengan caranya sendiri. Walaupun berat dan panas, topi ini selalu mengikuti tuannya yang tak lagi muda. Ia tak perduli meskipun bukan artis dan terkesan narsis, performance-nya lumayan nyleneh. Ia merasa topinya adalah personal image-nya. Biar tua tapi gaya. Inilah julukan yang membuat bangga ABG tua ini . Setiap hari minggu, saat car free day, ia sudah hadir untuk berjoget bersama rekan-rekan lainnya yang sebaya dan penuh gaya.. Hampir dua jam lebih ia berjoget mengiringi alunan musik the Golden Voice. Jujur saja, goyangan yang mereka tampilkan telah menguras tenaga mereka yang sudah tak lagi perkasa. Syukurnya, apresiasi masyarakat selalu mengalir menggenapkan kebanggaan dan kebahagiaan mereka pagi itu. Mereka tidak memiliki target apa apa, hanya mengisi waktu saja. Mengisinya dengan memberikan hiburan untuk orang lain maupun dirinya sendiri. Sekedar menggenapkan kebahagiaan – yang mungkin tidak diperoleh dilingkungan hidupnya atau lingkungan kerjanya sehari hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun