Setelah hampir 3 bulan, tiga ekor anak kucing liar yang awalnya selalu ketakutan saat kuberikan makanan akhirnya mulai bisa berdamai. Mereka kini tak lagi menggidikkan bulunya jika didekati. Justru sekarang ketiganya lebih sering tidur di rumah kucing yang dibuat anak-anakku dari kardus karton. Anak-anakku memberikan nama untuk ketiganya. Yang pertama, yang postur tubuhnya lebih besar dinamakan Theodore. Yang kedua, mirip dengan Theodore namun hanya berbeda pada rias di kepalanya yang berbentuk seperti huruf X. Karena itu ia dinamakan X. Sedangkan yang paling kecil, berwarna belang hitam putih, dengan mata seperti Zorro, dinamakan Plenyun. Theodore lebih berani ketimbang X dan Plenyun. Ialah yang pertama kali mau berdamai dengan keluarga kami. Ia seperti kakak bagi kedua saudaranya. Theodore selalu membela X maupun Plenyun, jika ada kucing garong liar yang mau merebut jatah makanan mereka. Bagi X dan Plenyun -mungkin- Theodore adalah pelindungnya selain induknya sendiri. Theolah yang selalu berani menghadapi ancaman kucing garong yang usianya lebih tua. Jika kucing garong itu belom pergi, Theo tak akan berhenti meraung dan melengkungkan badannya. Ia harus memastikan X dan Plenyun - yang biasanya ngumpet di belakang Theo- merasa aman. Theo (nama pendek Theodore) juga sering bercanda dengan kedua saudaranya. Biasanya setelah kenyang, mereka bertiga main kejar-kejaran ataupun bergulat. si X adalah yang sering memulai canda. Theo selalu melayani dengan perlawanan yang seimbang. Tapi kalau bergelut dengan Plenyun yang lebih kecil dan sering teriak-teriak kalau sedang bergulat, biasanya Theo langsung diam, atau langsung pura-pura kalah, seperti diam terkapar di sebelah Plenyun. Soal makanan, seringkali Theo mengalah jika X dan Plenyun merebut jatahnya. Ia hanya duduk sambil memperhatikan saudaranya makan. Apapun yang dimakannya, jika X atau Plenyun meminta, pasti diberikan dan Theo seperti tersenyum memperhatikan. Kalau kita insyafi, binatangpun punya kasih sayang terhadap sesama. Bisa melindungi dan menjamin keamanan dan kenyamanan saudaranya. Semoga saja kita bisa memetik hikmah dari sikap Theo. Semoga para presiden kita, para menteri, pejabat negara, anggota parlemen, pengusaha, dan semua petinggi negeri kita bisa belajar dari kisah ini. Mau berkasih sayang kepada rakyat jelata dan nelangsa. Semoga mereka punya nyali dan hati untuk meringankan biaya hidup rakyatnya. Terutama dari naiknya harga, terutama bagi mereka yang masih nestapa karena desanya jadi kubangan lumpur. Terutama bagi mereka yang takut dengan teror bom 3 kg. Terutama bagi mereka yang setiap hari terhimpit di busway, bis kota, KRL, dan kendaraan pepesan rakyat lainnya. Terutama... terutama... terutama.... ah terlalu banyak nestapa di negeri ini. Semoga kalian bisa lebih baik dari kucingku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H