Mohon tunggu...
Mataharitimoer (MT)
Mataharitimoer (MT) Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger, bekerja paruh waktu dalam kegiatan literasi digital untuk isu freedom of expression dan toleransi lintas iman.

menulis sesempatnya saja | tidak bergabung dengan partai politik apapun Buku yang ditulis : Jihad Terlarang (2007, 2011), Guru Kehidupan (2010), Biarkan Baduy Bicara (2009), Ekspedisi Walisongo (2011). Bang Namun dan Mpok Geboy (2012)\r\n \r\nJabat erat!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Biarkan Baduy Bicara : Pesan dari Baduy Dalam

10 November 2009   06:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah catatan perjalananku dan teman-teman ke Baduy Dalam. Aku menuliskan apa yang kuserap selama perjalanan. Baduy adalah sebutan untuk sebuah suku di desa Kanekes, Banten. Literatur di Wikipedia menyebut masyarakat Baduy sebagai "orang kanekes". Namun tidak bagi mereka sendiri. Ayah Mursyid, yang menjadi Wakil Jaro Tangtu 7 di desa Cibeo, menyatakan padaku bahwa Baduy adalah identitas mereka, bukan Kanekes. Sebelum menorehkan kesan pada catatan ini, aku mendapatkan "catatan" dari Ayah Mursyid :

"Kami salila ieu ngarasa dirugikeun ku informasi2 nu aya di berita2 boh dina buku2 nu nulis saputar baduy.  Kami selama ini merasa dirugikan terhadap berbagai informasi baik yang ada di berita maupun di buku yang menulis seputar baduy.  Mohon jangan mengekspoitasi Baduy atas nama sayang pada masyarakat Baduy... Cukup sudah orang-orang minterin kami yang dianggap bodoh. Jangan merasa paling tahu tentang Baduy sehingga seenaknya menulis tentang baduy tanpa melihat fakta."

Pesan tersebut menjelaskan bahwa selama ini banyak orang bicara tentang Baduy. Menulis tentang Baduy dengan alasan rasa sayang. Padahal yang mereka lakukan adalah ekspoitasi. Dalam dialog, Ayah Mursyid juga menyatakan bahwa informasi tentang Baduy yang selama ini beredar di buku maupun internet banyak mengandung kesalahan. Baduy punya catatan sejarahnya sendiri. Mereka menyimpan "pararaton" dengan sempurna. Dan suatu saat, mereka akan bicara sendiri kepada dunia tentang siapa mereka. Biarkan Baduy Bicara! Ibarat hutan, catatanku hanyalah selembar daun dari milyaran daun yang ada di hutan Baduy. Sebelum kuterbitkan, catatanku ini sudah sampai dalam sebentuk buku ke tangan Ayah Mursyid, yang menjabat sebagai Wakil Jaro Tangtu Tujuh. Ialah yang bertugas melakukan hubungan dengan dunia Luar Baduy. Ia telah membaca lebih dahulu ketimbang orang lain. Dan ia telah mengizinkan catatanku ini dipublish di internet. Menampilkan seluruh catatan dalam satu postingan akan teramat panjang. Karena itu akan kucicil per bab, sebagaimana yang telah kulakukan pada catatan Ekspedisi Walisongo. Ketentuan Untuk Memasuki Baduy Dalam

Sebelum melakukan perjalanan menuju Baduy Dalam, di Baduy Luar, tepatnya di desa Ciboleger terdapat plang bertuliskan beberapa ketentuan yang mesti diperhatikan oleh para pengunjung. Ketentuan tersebut ditandatangani oleh Jaro Dainah, pemuka masyarakat Baduy Luar (Kadu Keutug) dan Carik Kanekes, Ukang Sukarna.

Ketentuan tersebut adalah, sebagai berikut :

  1. Menghargai serta menghormati adat istiadat Baduy
  2. Mengisi buku tamu yang telah disediakan (di rumah Jaro, pen.)
  3. Tidak membawa radio/tape serta tidak membunyikannya selama berada di Baduy
  4. Tidak membawa gitar/memainkan gitar selama di Baduy
  5. Tidak membawa senapan angin atau sejenisnya
  6. Tidak menangkap atau membunuh binatang yang ditemui di perjalanan
  7. Tidak membuang sampah sembarangan (terutama yang berbahan kaleng dan plastik)
  8. Tidak membuang sampah atau sejenisnya ke sungai
  9. Tidak membuang puntung rokok yang masih menyala
  10. Tidak meninggalkan api bekas masak/unggun dalam keadaan menyala
  11. Tidak menebang pohon secara sembarangan
  12. Tidak mencabut atau merusak tanaman sepanjang jalan yang dilalui
  13. Tidak membaca atau mengkonsumsi minuman yang memabukkan
  14. Tidak membawa atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba, shabu, dll)
  15. Tidak melanggar norma susila
  16. Tidak menggunakan sabun dan odol jika mandi di sungai
  17. Melaksanakan ajaran/perintah agama secara tertib dan tidak mencolok
  18. Bagi orang kulit putih (bukan bangsa Indonesia) dilarang masuk ke Baduy Dalam (Cibeo, Cikeurtawarna, Cikeusik, Hutan Tutupan/Larangan)
  19. Dilarang memotret, membuat rekaman video, membuat film, membuat rekaman suara di wilayah Baduy Dalam (Cibeo, Cikeurtawarna, Cikeusik, Hutan Tutupan/Larangan)
  20. Pada bulan Kawalu menurut penanggalan Baduy selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, Baduy Dalam tertutup untuk semua tamu
  21. Semua tamu atau pengunjung tanpa terkecuali, dilarang memasuki Hutan Tutupan/Larangan

Ketentuan tersebut di atas hanya sebagian kecil dari peraturan/adat Baduy. Untuk hal-hal yang belum jelas, tanyakan langsung kepada pemuka adat Baduy/masyarakat Baduy lainnya. Terima kasih

Catatan Selanjutnya : Amanat Jangan Khianat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun