Mohon tunggu...
Mata Hati
Mata Hati Mohon Tunggu... -

Menulis, berjalan, berlari adalah langkah hidup. Berharap sesuatu yang kecil-kecil dapat tumbuh dan berkembang menjadi besar. Sesuatu amalan dan perbuatan baik besar tidak akan ada tanpa sesuatu tindakan yang kecil. Menulis sesuatu yang tidak penting adalah tidak penting dan menulis sesuatu yang penting adalah penting.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Seorang Warga Sipil Tewas Didorr Kelompok Bersenjata Papua, Mengapa Terjadi?

22 Januari 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Ahh terjadi lagi nih, ada-ada saja sekarang malah warga sipil yang dibombardir dengan senjata oleh yang namanya Kelompok Bersenjata Papua. Apa sih yang mereka inginkan sehingga seorang warga sipil yang tinggal di Puncak Jaya, Papua harus tewas ditempat karena ditembak oleh Kelompok Bersenjata Papua.

Warga Sipil itu bernama Kisma Rafiq, yang harus tewas mengenaskan karena ditembak dari belakang pada Jum’at malam yang terjadi di kios tempat tinggal korban di wilayah Kawasan Kurilik, Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Pada Jum’at malam. Seperti diberitakan antaranews.com, Sabtu (21/1/2012).

Saat suasana berkabut dan malam yang cukup gelap, karena pandangan ditutupi kabut malam, Kelompok Bersenjata Papua melakukan aksi tembak ditempat warga sipil itu yang bernama Kisma. Sungguh sangat sedih dan kita prihatin dengan berjatuhannya korban jiwa karena aksi-aksi yang saya pikir tidak perlu. Nyawa telah hilang dari ruhnya dan tak mungkin kembali ke dunia ini.

Mengapa selalu terjadinya pembunuhan dan yang menjadi korban adalah warga sipil yang tak tahu menahu tentang konflik di Papua. Korban Kisma yang merupakan asli Sumatera Barat harus meninggalkan keluarganya ke dunia yang lain, karena aksi brutal dan tak terkendali dari Kelompok Bersenjata Papua.

Apa yang menyebabkan mereka, Kelompok Bersenjata Papua menghilangkan nyawa seorang yang hanya mencari nafkah dan penghidupan di Papua, yang merupakan wilayah paling timur Indonesia itu. Sungguh, kita cukup prihatin adanya aksi yang menumpahkan nyawa seorang sipil yang memang tak tahu mengenai apa permasalahan yang terjadi antara Kelompok Bersenjata Papua dan orang-orang yang dimusuhi kelompok tersebut.

Padahal, kita adalah negara kaya yang memiliki potensi yang sangat dashyat yang memang akan memberikan bukti bahwa kita adalah satu dari Sabang sampai Merauke. Kejadian terbunuhnya warga sipil seharusnya tidak perlu terjadi kembali. Karena itu tentunya sangat kita sayangkan sekali. Betapa tidak, mereka yang saat ini hidup dan tinggal di Papua adalah beragam suku dan bahasa. Hidup berdampingan dengan damai dalam wilayah NKRI. Namun sangat tidak adil apabila, mereka yang mengaku-ngaku tidak merasa diberikan keadilan oleh pemerintah, selalu saja menuntut keadilan.

Seharusnya mereka yang benar-benar menuntut ketidak-adilan itu langsung saja bertanya kepada para kepala daerah di Papua itu. Baik para bupati dan walikotanya, kemana itu dana otonomi khusus yang Rp 32 triliun yang telah digelontorkan dari pemerintah pusat kepada para kepala daerah di Papua.

Sudah selama 10 tahun otonomi khusus sistemnya diterapkan, namun kemiskinan, kesengsaraan, lemah infrastruktur, sistem pendidikan yang belum memadai masih saja terjadi. Kekecewaan kalian, wahai para Kelompok Bersenjata Papua bukan kalian lampiaskan kepada warga sipil yang tak berdosa.

Kekecewaan kalian, wahai Kelompok Bersenjata Papua, seharusnya kalian lampiaskan dengan ikut membangun Papua, dan menuntut kesejahteraan ekonomi, infrastruktur dan pendidikan yang memadai dari para kepala daerah masing-masing di Papua. Jika itu yang kalian lakukan, maka kalian adalah kelompok yang sangat cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun