Mohon tunggu...
Bam Bang
Bam Bang Mohon Tunggu... -

Putra Betawi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kursi Gubernur Dki Menjadi Panas?

8 Juli 2014   14:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:02 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara dikubu kurus Jokowi, kubu ini kurus kwalitas, kurus kwantitas pakar.  Sementara Faisal basri  saya Anggap beliau adalah pakar elit di grup ini, diantara  pakar pakar lainnya  yang secara nasional saya anggap berada dikelas tiga ( walau ini hanya  pendapat  dari awam seperti saya). Sehingga persaingan di grup ini jauh lebih ramai, seru, dan memberikan banyak peluang!

Tentu hal ini sebelumnya sudah jadi pertanyaan saya, kenapa Golkar atau partai pendukung Prabowo tidak ikut berkoalisi dengan PDIP mendukung Jokowi menggilas Prabowo, yang  rasanya peluangnya tidak akan sebesar sekarang. Apakah ini karena idealisme, visi dan misi, atau sakit hati?
Hanya Jusuf Kalla(JK) yang sebelumnya banyak ide idenya yang bertentangan dengan program program Jokowi, dan yang tadinya terang terangan menyatakan pendapatnya, yang melihat kebelum mampuan Jokowi untuk menjadi presiden, berikut konsekwensi/resikonya, jadi ikut bergabung dengan kubu Jokowi, Faktor X apa yang membuatnya berubah, wapres kah?

Tidak berkoalisinya Golkar ke PDIP untuk membuat Prabowo tidak sekuat sekarang, sekaligus juga membantah pendapat idola saya "Hanta Yudha"  pakar politik kelas I, yang mengatakan Golkar berpolitik dua kaki, dimana kalau Jokowi menang Golkar akan merapat ke kubu ini. Tapi kenapa tidak dari dulu,  lebih pasti berhasil!
Saya tidak kagum kalau orang itu tidak pintar. Hanta Yudha sebagai pakar politik kelas I sangat cerdas! Beliau sebagai pakar yang berlaku "netral" (memposisikan). Tapi sebagai orang muda/pengamat tentu beliau sangat cerdas dan jeli dalam  melihat peluang peluang yang ada ( kalau tidak cerdas bukan pakar tapi pakan politik/ngiler juga).
Pikiran ini terbesit ketika saya melihat beliau sedikit mengganjal keunggulan Tantowi Yahya dan Ahmad Dhani dalam debat pilpres dengan Nico siahaan dan.., dari kubu Jokowi. Dan Hanta Yudha mengeluarkan pernyataannya yang saya sudah sebutkan diatas. Nampak idola saya ini sudah memberi signal signal kepada kubu Jokowi, atau memang sudah ada salaman sebelumnya dibelakang.
Inti dari uraian saya diatas adalah bahwa pada kubu Jokowi bila dibanding kubu Prabowo, jauh lebih banyak mempunyai kapling kapling kosong untuk diperebutkan. Persaingan, perebutan,  optimisme lebih kental dan lebih seru di kubu ini. Apalagi kalau dilihat keberadaan Jokowi disini lebih didorong oleh bujukan bujukan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden, oleh orang orang yang tentunya punya kepentingan namun tidak merasa ada keunggulan untuk suatu pilihan.

Jokowi disini nampak lebih persis sebagai alat pengait dari satu tambang pendakian. Oleh karenanya posisi Jokowi sekarang berada dalam situasi perjudian. Seandainya dia kalah, jatuh, pasti dia akan tertimpah tangga. Tangganya itu apa? tangganya ya para pengusungnya yang ambisius! Setelah kalah apa artinya lagi Jokowi sang idola. Karena dalam hati para pengusungnya, selain "Citra" apalagi yang istimewa yang dipunyai Jokowi. Jokowi akan bangun sendiri, dan pulang tertatih tatih.
Pulang kemana? Kursi gubernur sekarang tentunya terbayang kasar, tidak seempuk kursi istana. Tapi dia masih punya kewajiban yang harus dipenuhinya untuk tetap duduk dikursi itu. Sayangnya apakah kursi itu masih sejuk ditiup pengatur udara ruang gubernuran. Apakah kursi itu kini tidak telah menjadi panas karena bekas bok.. Ahok! dan oleh wajah wajah bertampang panas?

Apakah aku harus dinas diluar saja, blusukkan? Tapi, apakah blusukkanku masih seindah dulu.., setelah dicerca cerca...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun