Mohon tunggu...
Bastian Jabir Pattara
Bastian Jabir Pattara Mohon Tunggu... wiraswasta -

Try, always share good thing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bermental Cukup Kaya

17 Mei 2014   08:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

BERMENTAL (CUKUP) KAYA

Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq, saat didesak Umar Bin Khattab untuk menerima tunjangan dari Lembaga Zakat. Umar melihat konsentrasi Abu Bakar terpecah, antara mengurus umat dan perdagangannya.

Abu Bakar tak kuasa menolak fasilitas dari Lembaga Zakat, namun istri beliau tetap berjuang berdagang manisan, untuk membantu membiayai kebutuhan keluarganya. Hasil dari jualan manisan, dimanfaatkan untuk mengurangi fasilitas yang diterima Abu Bakar. Abu Bakar hanya mengambil bagian yang dibutuhkannya saja, sebagian dia kembalikan. Itupun membuat Abu Bakar tidak tenang. Makanya, dia berwasiat kepada putrinya Siti Aisyah, agar saat meninggal nanti, Aisyah menyumbangkan sebidan kebun milik Abu Bakar kepada lembaga zakat tersebut, dan wasiat tersebut dilaksanakan Aisyah saat Ayahandanya wafat.

Betapa sering kita merasa tidak pernah cukup akan apa yang telah kita dapatkan, perasaan tersebut timbul karena kita selalu membandingkan dengan apa yang telah dimiliki orang lain. Padhal apa yang telah Tuhan izinkan untuk kita miliki, sebenarnya itu sudah melebihi dari kebutuhan kita.

Kita juga tidak pernah merasa cukup, karena sulit untuk hidup dengan diri kita, kita lebih sering hidup dengan diri orang lain, gaya orang lain, dan pandangan orang lain. Padahal kalau kita berani hidup dengan cara kita sendiri, hidup kita tidak pernah kekurangan.

Beberapa contoh dalam kehidupan kita, kalau memang kita hidup dalam kecukupan. Saat kita cukup jalan kaki untuk pergi beribadah, kita ingin menggunakan kendaraan. Saat kita cukup makan di warteg samping kantor, kita ingin makan di restoran. Saat kita cukup memakai pakaian rapi, kita ingin menggunakan pakaian yang bermerek.

Keinginan kita inilah yang sebenarnya tidak pernah merasa cukup. Apalagi jika keinginan kita, disandarkan pada penilaian orang lain, maka perasaan cukup tersebut akan menjauh dari diri kita.

Semoga kita termasuk orang yang selalu merasa cukup, dan selalu mensyukuri setiap keadaan, karena saat kita bersyukur, Tuhan akan menambahkan nikmat-Nya. Nikmat yang paling cepat kita dapatkan adalah merasakan kebahagiaan didalam hati kita, aamiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun