Malam hari itu berbeda, terasa ada yang sesak didada. Kadang berasa seperti turbin yang mulai berputar terkena aliran rindu yang semakin deras.
Alhamdulillah mata ini masih kuat membendungnya walaupun aliran rindu itu makin menekan apalagi ditambah Gema Takbir bersautan...
"Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar,
Laa illaa haillallah-huwaallaahuakbar
Allaahu akbar walillaahil hamd'."
Duduk di meja sebuah gedung lantai 2 Â berhadapan dengan panel-panel dengan indikator Ampere Meter, MW meter dan Mvar Meter yang jarumnya yang terlihat diam menunjuk angka. Malam Lebaran Tahun itu merupakan pertama dalam hidupku tanpa berkumpul keluarga.
GI Arjawinangun....Laporan... Pemanggilan Gardu Induk (GI) dimulai sesuai dari nama dengan huruf depan A..
Baik Pak GI Arjawinangun Laporan...... jawaban dari Operator GI Arjawiangun.
Tanganku  pun sudah siap memegang lembaran Logsheet yang berisi catatan indikator tegangan, ampere, mw, mvar, suhu trafo dan posisi tap oltc trafo   yang akan di laporkan saat nama Gardu Induk ku di sebut.
GI Sumedang namanya, Gardu Induk yang terletak di selatan kota Sumedang, berada di pinggir jalan yang menghubungkan Bandung – Cirebon. Terlihat jelas dari lantai 2 ramainya arus mudik lebaran.  Gardu Induk Sumedang merupakan gardu 70 kV yang menghubungkan Gardu Induk Ujungberung dengan Gardu Induk Parakan . Memiliki 3 buah Trafo berkapasitas total 50 MVA yang di gunakan memasok Kebutuhan Listrik Kabupaten Sumedang.