Background:
Motor matic sendiri pada awalnya adalah pilihan dari tiga jenis motor yang ada. Yaitu motor yang menggunakan gigi, kopling dan kemudian matic. Namun kini motor ini walau secara umum digunakan oleh pengguna dari berbagai usia akan tetapi muncul anggapan motor matic adalah motornya anak muda.
Anggapan ini sendiri berangkat dari anak muda yang cenderung memilih motor matic dibandingkan dengan dua jenis lainnya karena kepraktisan motor jenis ini.
Pada zaman awal-awal kemunculannya. Hanya ada tiga merk dengan tiga seri yang mengeluarkan motor matic. Pertama adalah Yamaha dengan Mio-nya kemudian Vespa Corsa 125 dan Kymco Jetmatic 125.Â
Akan tetapi beberapa tahun kemudian terjadi latah dengan dibuatnya seri-seri baru dari berbagai merk. Warna yang awalnya terbatas kemudian mengalami inovasi sehingga motor matic memiliki ragam warna yang dapat menyesuaikan selera pengguna.
Budaya Kreatif yang menyuplai kebutuhan masyarakat akan sesuatu yang beragam, modern dan mengikuti selera setiap individu kemudian digabung keberadaan motor matic sebagai salah satu alat transportasi yang sesuai dengan kriteria mereka. Hal ini ditambah dengan desain yang dirasa lebih menarik karena lebih simple jika dibandingkan dengan motor gigi.
Motor matic secara tidak langsung telah menjadi bagian dalam hidup masyarakat indonesia. Namun kemudian budaya penggunaan motor matic secara tidak seharusnya berlanjut sebagai kebiasaan baru di Indonesia.
Menurut Agus Sachari dalam bukunya Desain Gaya dan Realitas pada halaman 25, ia mengatakan bahwa ada kemungkinan dari seseorang atau sekelompok orang yang saat membangun dunia mereka dan melakukan sikap tegas dalam hal itu, inilah yang dinamakan desain.
Dilanjutkan dengan kalimat mengenai sikap tegas ini kemudian akan berdampak pada bagaimana suatu eksistensi dapat diakui.
Eksistensi fungsional dari motor matic telah diakui dengan sikap tegas masyarakat dalam menggunakannya senantiasa sejak awal dimunculkan di Indonesia. Dan sikap tegas motor matic dengan kriteria yang ditentukan yaitu cap bahwa ini adalah motor hasil dari inovasi yang memberikan kemudahan pada penggunanya.
Kami sendiri telah menemukan beberapa jawaban yang sama ketika melakukan survey terhadap pengguna motor matic.
Di antara lainnya bagaimana mereka memandang motor matic adalah solusi mudah untuk berbagai masalah dan penggunaan kata simple yang selalu muncul dari jawaban individu-individu ini. Tidak perlu ribet karena tidak menggunakan gigi, barang banyak pun lebih mudah diangkut saat menggunakan motor matic.
Motor matic di tahap ini telah menjadi objek penting yang memberikan pembalajaran untuk mengingat kembali fungsi dari sarana kendaraan bermotor dan sikap yang seharusnya diberikan dalam penggunaannya.
Teori Strukturalisme:
Disadur dari Sidiq di sosiologis.com dengan judul tulisannya mengenai Teori Sosiologi: Daftar Lengkap Teori-Teori Ilmu Sosial.
Di salah satu paragraf tulisannya terdapat teori Strukturalisme yang kemudian mewadahi pemahaman saya terhadap motor matic dan sosiologi design. Motor matic sebagai sarana transportasi memiliki hubungan erat dengan sktruktur di sebuah wilayah dan masyarakat, di mana di sini yang dimaksudkan adalah Indonesia. Strukturalisme sendiri disebutkan sebagai paham yang,
"Menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia." (Sidiq dalam gabungan teori dari Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss, 2017)
Dilihat dari strukturnya, motor matic dapat dilihat dari nilai sosialnya. Di satu sisi motor matic dianggap baik keberadaannya karena memiliki fungsi memudahkan namun di sisi lain, motor matic memiliki nilai buruk dari banyaknya persepsi masyarakat tentang motor matic identik dengan kebut-kebutan, ugal-ugalan, serta menyalahi aturan-aturan dalam berlalu lintas seperti contohnya membawa banyak barang saat dikendarai.
Hubungan nilai dengan struktur dapat dilihat kembali pada nilai baik yang tetap ada pada motor matic yaitu keunggulannya dalam kemudahan untuk digunakan. Hal ini berdampak pada struktur berpikir masyarakat terutama pengguna motor matic untuk mengganggap semua lebih mudah yang berakhir pada tahap menyepelekan.Â
Bahkan struktur berpikir ini kemudian berlanjut pada perilaku dan konsep masyarakat yang sangat mengandalkan motor matic dalam kesehariannya. Sesepele, pergi ke lokasi yang dekat namun memilih menggunakan motor matic daripada berjalan kaki.
Sumbangan untuk ilmu Desain Komunikasi Visual
Melalui serangkaian penjelasan tadi, dapat diambil sebuah pemahaman mengenai kemudahan yang memberi dampak penyepelean.
Desain dari motor matic sendiri dalam hal visual memiliki kesederhanaan yang dapat diterapkan oleh para desainer grafis dalam berkarya. Namun jika melihat lebih detil, para desainer dapat memelajari lebih lanjut bagaimana cara mereka dapat menghasilkan ide mengenai kesederhaan, kemudahan, yang tidak akan berakhir pada penyepelean.
Menurut kami, penting untuk tidak mengulangi hal yang sama demi semata mendapatkan kemudahan tanpa memikirkan dampaknya. Penyepelean ini sendiri akan terasa tidak tampak jika tidak ditelusuri lebih lanjut dan dikaji lebih dalam.
Maka akan sangat menarik bagi para desainer nantinya menelusri desain yang akan mereka buat setelah melakui berbagai tahap sebelum berhenti pada karya yang sudah jadi tanpa melihat resiko yang mungkin terjadi.
Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, kami mewawancarai beberapa pengguna kendaraan yang sudah pasti menggunakan motor matic dalam kesehariannya sebagai pihak yang memiliki hubungan paling erat dengan motor matic jika dibandingkan dengan masyarakat secara umum.
Wawancara ini sendiri terjadi pada hari Senin, 24 November 2019 pada beberapa tempat yang beragam sesuai dengan lokasi para narasumber terkait.
Analisis:
Bagaimana persepsi masyarakat terhadap desain sederhana yang dimunculkan dari motor matic membuat kemudahan yang diberikan berlanjut pada sikap meremehkan. Faktanya, terlepas motor dari jenis apapun mampu melakukan tindakan ugal-ugalan, telah muncul stigma bahwa motor matic adalah jenis yang pasti paling sering melakukannya.
Kemudahan lainnya lagi memberikan motor matic sebagai jalan untuk melanggar hukum dengan dilakukannya menggunakan motor matic sebagai sarana untuk membawa banyak barang. Hal ini sendiri dapat memberikan perasaan tidak aman bagi pengguna jalan lainnya.
Budaya yang kental ini akan sulit dihilangkan, sebagaimana fenomena kemudahan dalam masyarakat akan ditindak dengan senang hati tanpa memerdulikan konsekuensi yang muncul selama itu mengganggu kemudahan yang telah diberikan.
Kesimpulan:
Dilihat dari analisis mengenai motor matic dapat dilihat bagaimana fungsionalitas mengambil peran besar dalam perubahan budaya yang meliputi motor matic. Hal yang awalnya sederhana memiliki dampak besar pada budaya masyarakat di Indonesia.
Terjadinya fenomena ini sendiri tidak lepas dari kurangnya edukasi yang perlu ditanamkan sejak dini pada masyarakat. Tidak jarang kasus sendiri terjadi yang karena kemudahan telah ditawarkan berimbas pada penyepelean masalah.
Faktanya banyak orang tua yang melihat kasus penggunaan motor di bawah umur adalah hal sepele karena sikap kemudahan yang ditawarkan motor matic.
Rentetan kemudahan ini berdampak sangat besar sehingga dari kemudahan yang ditawarkan diakhiri dengan kemudahan dalam sikap mereka untuk mengijinkan anaknya menggunakan motor matic. Padahal dari sikap ini lah yang kemudian anak-anak di bawah umur menyepelekan rambu dan hukum yang berlaku.
Hal mengerikan yang berlanjut, anak-anak ini akan tumbuh dengan struktur berpikir yang sama dengan orangtuanya sehingga bukan tidak mungkin sikap menyepelekan akan terbawa hingga dewasa.
Daftar Pustaka
Sachari, Agus, Desain Gaya dan Realitas, Rajawali dengan INDDES, Kelompok Studi Desain Jurusan Desain ITB, Jakarta, 1986.
Sidiq, Teori Sosiologi: Daftar Lengkap Teori-Teori Ilmu Sosial, 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H