Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Membaca Sejak Kecil, Membesarkan Anak tanpa Smartphone

27 Januari 2025   10:22 Diperbarui: 28 Januari 2025   14:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran teknologi telah merubah pola interaksi orang tua dan anak. Banyak penelitian memaparkan fakta mengejutkan bagaimana teknologi berdampak pada penurunan fungsi kognitif. 

Minat baca anak erat kaitannya dengan pola interaksi orang tua. Gaya asuh dengan intensitas paparan smartphone mengalihkan perhatian anak pada hal-hal yang 'negatif'.

Memberikan smartphone pada anak menunjukkan sebuah tindakan ceroboh. Buruknya lagi, beberapa orang tua memberi keleluasaan penuh pada anak dengan menyerahkan smartphone begitu saja.

Saat mengajak anak makan di luar dua hari yang lalu, saya menyaksikan dua orang anak memegang smartphone. Keduanya masih berumur 6 dan mungkin 8 tahun. Mereka berjalan sambil melihat ke layar tanpa menghiraukan orang lain di sekitar.

Di beberapa kesempatan yang lain, saya sering menemukan anak di bawah 10 tahun makan sambil memegang smartphone. Orang tua mereka juga terlihat sibuk dengan smartphone di tangan. 

Anak kehilangan momen terbaik bersama orang tua. Smartphone mengambil alih dunia anak dalam genggaman layar. Sebuah fenomena unik di hampir rata-rata sudut tempat.

"Ketika anak-anakmu tumbuh, mereka mungkin melupakan apa yang kamu katakan, tetapi tidak akan melupakan bagaimana kamu membuat mereka merasa." - Kevin Heath

Anak tumbuh dengan keterlibatan emosi. Orang tua yang tak berinteraksi dengan anak kehilangan momen penting bersama anak. 

Umur 1-3 tahun seorang anak merekam apapun yang dirasa. Tanpa berinteraksi dengan anak, orang tua sejatinya sedang membangun jurang pemisah. Jurang itu hadir dari pembiaran dan kebodohan orang tua menyerahkan smartphone kepada anak. 

Kedekatan orang tua dan anak hadir melalui ikatan emosional. Smartphone mengambil alih peran orang tua, sehingga ikatan emosional lenyap seketika. 

Membaca Buku tanpa Smartphone

Jika anda ingin melahirkan seorang pembaca, maka jauhkan smartphone dari anak. Itulah langkah awal yang mesti dilakukan. Jika anak telah terpapar smartphone, emosi terganggu dan fokus melemah. 

Bangunlah kebiasaan membaca buku sejak anak lahir. Orang tua perlu membuat sebuah road map berisi daftar buku yang ingin dibeli dan jadwal waktu membaca bersama anak. 

Agar otak anak tumbuh alami, janga pernah sekalipun memperlihatkan smartphone di depan anak. Walaupun dengan tujuan memperlihatkan sebuah video lucu. 

Perbedaan otak ketika membaca | perfectlygrownclassroom.com
Perbedaan otak ketika membaca | perfectlygrownclassroom.com

Otak berfungsi lebih baik ketika anak dibacakan buku. Sekedar membaca 1-2 kata memberi stimulasi berharga bagi otak anak. Manfaat lebih besar didapat anak dari membaca buku dengan suara nyaring.

Bagaimana aktivitas otak anak saat memegang smartphone? ilmuan mendapatkan fakta berbeda. Area yang sama tidak menunjukkan rangsangan ketika anak menghabiskan waktu di depan layar smartphone. 

Anak sebenarnya tidak membutuhkan video lucu atau aktivitas lainnya dari layar smartphone. Yang paling dibutuhkan anak adalah kehadiran orang tua bersama mereka dengan saling berinteraksi. 

Habiskan waktu bersama anak dengan bacaan sederhana. Buku-buku cerita anak penuh gambar memberi stimulasi berharga bagi otak anak. Ajak anak berkomuikasi dengan bertanya. Sesuaikan cara berinteraksi dengan umur anak. 

Membesarkan anak tanpa smartphone terdengar sulit. Namun, efek jangka panjang yang akan dirasakan sungguh luar biasa. Anak yang dibesarkan dengan buku tumbuh menjadi individu kritis dengan emosi lebih stabil.

Berbeda dengan anak yang tumbuh dalam asuhan smartphone, mereka sulit mengontrol emosi. Akibat paparan smartphone berlebih, kemampuan bernalar juga tanpa disadari melemah.

Sebagai orang tua, buatlah aturan yang harus disepakati bersama. Ayah dan ibu mesti membangun pola asuh positif. Saat bersama anak, letakkan smartphone pada tempatnya. Jangan memberi contoh buruk berbicara sambil memegang smartphone. 

Interaksi bersama anak harus hadir dalam kesadaran penuh. Pekerjaan dan waktu bersama anak tidak boleh disatukan. Anak menyerap emosi dan menyimpannya menjadi sebuah memori. 

Letakkan buku-buku menarik di sudut ruangan. Biarkan anak melihat buku lebih banyak ketimbang membuang waktu di depan layar smartphone. 

Untuk itu, jangan sesekali meletakkan smartphone di area yang mudah dijangkau anak. Orang tua yang baik hanya menggunakan smartphone di waktu tertentu. 

Anak mencontohi perilaku orang tua. Membersamai anak membaca buku adalah cara terbaik melahirkan generasi pembaca dari rumah. Jika orang tua selalu terlihat menatap layar smartphone di dalam rumah, generasi model apa yang ingin dilahirkan?

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun