Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

2 Langkah Aktif Orang Tua Melahirkan Generasi Pembaca dari Rumah

20 Januari 2025   14:06 Diperbarui: 21 Januari 2025   12:45 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengunjungi pustaka | sumber: https://goodparentingbrighterchildren.com

Saya sering mengajukan pertanyaan tentang bacaan yang diminati siswa. Dari 20 orang siswa, hanya 4 orang yang rutin membaca. Begitulah gambaran terkecil angka tentang jumlah pembaca aktif di Indonesia.

What book has inspired you ?

Kebanyakan siswa-siswi yang saya ajarkan berasal dari latar belakang keluarga berbeda. Hampir 99% dari mereka lahir dari keluarga berada dengan koleksi smartphone canggih. 

Biaya kursus bahasa Inggris yang dibayar orangtua hampir setara dengan harga satu smartphone flagship. Jadwal mereka begitu padat; pagi-siang ke sekolah, sore kursus bahasa Inggris dan terkadang malam hari masih harus 'belajar' di rumah.

Seberapa seringkah mereka mengalokasikan waktu untuk membaca buku?

Sangat sedikit!

Seringkali mereka bingung ketika ditanyakan buku apa yang terakhir mereka baca. Persis seperti saat diminta jawaban rumus matematika. 

Berbeda ketika ditanyakan filem apa yang terakhir mereka tonton atau game favorit pelengkap harian. Jawaban bisa muncul tanpa harus berpikir panjang. 

Beberapa siswa bahkan dengan mudah menjawab 4-6 jam waktu mereka habis untuk game favorit. Hanya 10% waktu mereka dipakai untuk belajar di luar jam sekolah. 

Kurangnya minat membaca di tengah arus deras teknologi adalah sebuah malapetaka. Generasi sekarang terbuai dengan kemudahan, lalu lupa mengasah diri dengan bacaan. Sungguh miris!

Tidak heran jika kemampuan kognitif semakin melemah. Otak jarang diasah dengan membaca buku, sehingga daya nalar semakin memburuk. Hal-hal sederhana sulit dipecahkan karena terjadinya penurunan fungsi kognitif.

Kebiasaan menghabiskan waktu di depan layar smartphone menyita 80% dari waktu siswa. Di luar kelas, mereka tidak mampu memanfaatkan waktu pada hal-hal positif.

Orangtua sebenarnya dapat menerapkan 2 langkah aktif untuk melahirkan generasi pembaca. Namun, orangtua perlu aktif membersamai anak sampai mereka terhubung dengan buku.

1. Membaca Bersama di Rumah

Tahap paling penting melahirkan generasi pembaca adalah memberi contoh pada anak. Kesadaran akan manfaat membaca perlu terlebih dahulu dipahami orangtua.

Aktivitas membaca buku bersama anak memberi manfaat luar biasa pada otak. Selain peningkatan pada fungsi kognitif, aktivitas membaca dapat mempercepat koneksi neuron dalam otak. 

Membaca buku dapat dilakukan sejak anak berumur 2-3 bulan. Jenis buku bergambar memberi stimulasi aktif pada otak anak. Walau anak belum mampu berbicara, kata-kata yang diulang berkali-kali lewat bacaan tersimpan otomatis di memori otak.

Input dari membaca sejak dini terlihat saat anak mulai mampu berbicara. Kegiatan membaca buku dalam rumah juga membentuk bonding (kedekatan) antara orangtua dan anak secara alami. 

Penelitian membuktikan bawah bonding yang terbentuk saat kecil berefek pada emosi anak di waktu besar. Kedekatan emosional anak-orangtua menciptakan koneksi neuron lebih baik dibanding anak-anak yang jarang menghabiskan waktu bersama orangtua lewat bacaan. 

Aktivitas membaca ketika anak masih kecil memungkinkan orangtua membangun emosi positif pada anak. Stimulasi gambar dan gestur tubuh serta mimik wajah ketika membaca menghadirkan pengalaman berharga di otak anak.

Letakkan anak di pangkuan dan tunjukkan gambar di buku dengan menyebutkan kata yang tertera pada halaman. Anak di umur 0-12 bulan membutuhkan buku dengan gambar cerah. 

Fokus membaca pada anak di bawah 12 bulan bukan pada banyaknya buku. Caranya cukup dengan memperbanyak mengulang kata dengan intonasi berbeda dan tujukkan mimik wajah ketika membaca. 

Jangan terlalu cepat beralih ke buku lain. Fokus pada satu buku dan biarkan anak mengeksplorasi halaman buku dengan memegangnya sambil membolak-balik. Usahakan untuk memilih jenis buku cardboard.

contoh buku cardboard | https://www.gobookprinting.com
contoh buku cardboard | https://www.gobookprinting.com

Koneksi neuron di otak anak sebagian besar terjadi dari sentuhan tangan. Jadi, biarkan anak bermain dengan buku. Buku dengan halaman tebal sejenis cardboard sangat aman bagi anak di rentan umur 0-12 bulan.

Pilih waktu terbaik untuk membaca buku bersama anak. Durasi membaca bisa disesuaikan dengan waktu yang dimiliki orangtua. Intinya bukan pada kuantitas bacaan, melainkan kualitas waktu yang dihabiskan bersama anak saat membaca buku. 

2. Mengunjungi Pustaka

Jangan sekedar membaca di rumah. Agendakan waktu berkunjung ke pustaka bersama anak minimal seminggu sekali. Berkunjung ke pustaka memberi pengalaman positif bagi anak tentang dunia buku.

Biarkan anak bergerak mengelilingi rak buku sambil mengambil buku secara random. Poin dari dari kunjungan ke pustaka bukan untuk membaca buku, tapi lebih kepada membangun koneksi neuron tentang dunia baca. 

Untuk itu, jangan membatasi gerak anak. Apapun buku yang diambil anak menjadi proses menarik. Orangtua bisa belajar tentang jenis buku favorit anak dengan mengobservasi mimik wajah anak ketika memegang buku.

Saat anak tertarik pada buku tertentu, cobalah membaca isi buku tersebut. Ajak anak bicara sambil menunjuk gambar-gambar yang ada di dalamnya.

Mengunjungi pustaka mengenalkan anak pada dunia buku. Dengan berinteraksi langsung sambil melihat, memegang, dan menarik buku, anak mempelajari banyak hal mengenai buku. 

Mengunjungi pustaka | sumber: https://goodparentingbrighterchildren.com
Mengunjungi pustaka | sumber: https://goodparentingbrighterchildren.com

Rasa ingin tahu anak terbentuk dari apa yang mereka lihat dan dengar. Dengan rutin berkunjung ke pustaka, anak terstimulasi untuk berpikir tentang lingkungan sekitar.

Orangtua hanya perlu menemani dan memandu anak. Perhatikan jenis buku yang mereka pilih dan ajak mereka berdiskusi jika anak sudah mampu berbicara.

Lewat bacaan, anak tidak hanya belajar namun juga membangun ketertarikan pada objek tertentu. Mengunjungi pustaka memang terlihat sederhana pada awalnya. 

Siapa yang bisa menebak jenis pekerjaan apa yang kelak dipilih anak?

Sebuah buku bisa membuka cakrawala berpikir anak. Lebih dari yang bisa dibayangkan orang dewasa, sebuah buku adalah awal dari munculnya ketertarikan pada satu bidang.

Jadwalkan waktu berkunjung ke pustaka. Bukankah 1-2 kali per minggu tidak memberatkan orangtua?

Anak membaca buku di pustaka | https://bluesyemre.wordpress.com
Anak membaca buku di pustaka | https://bluesyemre.wordpress.com

Waktu bersama anak tidak pernah bisa diulang. Pengalaman bersama orangtua memberi bekas mendalam di memori anak. Ketika mereka dewasa dan tergerak untuk aktif membaca, siapa yang merasa bahagia? tentulah orangtua, bukan?

Sebaliknya, jika anak lebih tergerak menghabiskan waktu di depan smartphone, siapa yang paling dirugikan? jawabannya sama, orangtua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun