Tidak hanya Eropa, sebuah kota di Amerika sampai hari ini mencatat sejarah rempah Aceh. kapal-kapal Amerika memonopoli perdagangan rempah selama 40 tahun lebih.Â
"The pepper ports known to the Salem merchants--Qualah Batoo (now Kuala Batee), Muckie, Soosoo, Pulo Kio--are located in what is now known as the Aceh Province. In the years between 1799 and 1846, 179 ships sailed between Salem and Sumatra, with even more landing their cargoes in other American or European ports."Â [cited from:https://www.masshist.org/]
Mereka menyebutnya Salem merchants. Puluhan kapal asal Salem memuat hasil alam Aceh berupa lada. Kapal Rajah datang ke Aceh dengan misi lada yang tertunda.Â
Di bawah kendali Jonathan Carnes, kapal rajah berangkat pada Desember 1795 dan kembali 18 bulan setelahnya ke kota Salem membawa lada Aceh. Carnes mendapat keuntungan 700% dari transaksi lada tersebut. Salem mencatat sejarah lada dalam lambang kota mereka.Â
Lambang kota Salem menggambarkan perjalanan ke Aceh mencari lada. Tertulis "To the farthest port of the rich East". Dalam halaman situs kota Salem tercatat:
 "It is estimated that the cargo of pepper that came to Salem aboard the Rajah was valued at about $125,000 (in 1797), meaning in today's value the shipment would be worth about $1.5 million"
Ya, nilai keuntungan dari perjalanan kapal memuat lada kala itu setara dengan 1.5 juta dolar Amerika. Kota Salem mengakui jika hasil pajak dari kapal-kapal mereka telah merubah segalanya.
George Peabody adalah pewaris kapal dagang yang mendesain lambang kota Salem pada 1839. Hubungan dagang antara Amerika dan Aceh terjadi di abad ke 18 melalui kapal-kapal dari kota Salem.Â
Bahkan, untuk mengenang perjalanan terbaik mereka, Peabody sengaja membuat gambar seseorang yang mereka namai a Sumatran merchant dengan latar kapal dagang Amerika asal kota Salem sebagai rujukan sejarah asal muasal transaksi lada pertama di Amerika.