Mengajar di kota jauh lebih mudah. Fasilitas mendukung dan semua kebutuhan mudah untuk dipenuhi. Di desa-desa terpencil, sekolah dan guru saling meratapi nasib.
Apakah masih banyak guru-guru yang rela mengabdi demi mendidik anak bangsa?
Guru Desi hadir dengan sebuah harapan. Disaat yang sama, Aini beruntung berada dalam didikan guru terbaik. Di bawah asuhan guru Desi, Aini berhasil keluar dari ketakutan angka.
Belajar matematika jauh lebih mengasikkan. Sebelum guru Desi datang, Aini tidak pernah juara. Ia malah dianggap murid bodoh yang acapkali mengganggu para guru.
Seringkali murid bodoh adalah hasil stempel guru. Seorang pendidik mampu melihat kelebihan seorang murid. Murid-murid yang dicap bodoh mendapat perlakukan berbeda dari guru-guru berprestasi.
Inilah gambaran asli pendidikan di Indonesia. Kualitas murid diukur dari angka-angka yang menipu. Padahal murid-murid terbelakang belum tentu bodoh. Mereka hanya belum menemukan cara belajar yang tepat.
Siapa saja bisa menjadi guru, namun tidak semuanya mampu menjalankan peran guru sejati.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H