Siswa terbiasa menyerap informasi dari media sosial. Arus informasi yang masuk ke otak mereka berpotensi melemahkan fungsi otak. Khususnya bagian hippocampus untuk menyimpan informasi.
Makanya, fokus atau konsentrasi siswa di sekolah semakin menurun. Guru menjelaskan di depan, tapi konsentrasi siswa buyar karena derasnya informasi yang mereka terima dari smartphone.Â
Kondisi ini diperparah dengan minimnya kemauan membaca. Siswa-siswa di sekolah lebih banyak menghabiskan waktu pada media sosial ketimbang mengasah kemampuan dengan membaca.Â
Rata-rata siswa terbiasa membaca novel, itupun didominasi oleh murid perempuan. Di sekolah dasar, pustaka jarang dikunjungi karena koleksi buku yang membosankan.
Cukupkah guru sebatas mengajar? tidak!
Guru di era digital dituntut lebih banyak membaca dan mengupgrade diri. Siswa boleh jadi menguasai informasi baru jauh sebelum guru memahaminya.Â
Informasi yang beredar menciptakan pusaran arus negatif. Jika guru sekedar fokus pada pelajaran, maka siswa mudah tenggelam dalam arus negatif. Mereka belum mampu memilah dan memilih informasi untuk disimpan otak.Â
Guru di sekolah harus sigap mengarahkan siswa. Ajarkan mereka cara mencari informasi penting dan bermanfaat. Seandainya guru abai mendampingi siswa, otak siswa akan dikuasai arus informasi negatif.
Penumpukan informasi negatif dalam otak membuat siswa lebih sulit fokus. Akibatnya, mereka semakin lamban dan tidak bersemangat belajar dalam kelas. Fungsi kognitif menurun, proses belajar-mengajar terganggu, kemampuan bernalar jauh lebih buruk.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H